REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Penjaga pantai perbatasan Bangladesh menemukan 20 lebih mayat dari pantai di wilayah Cox's Bazaar, dalam dua hari terakhir ini. Hal ini terkait kekerasan yang kembali terjadi oleh aparat kemanan Myanmar kepada puluhan ribu Muslim Rohingya.
Di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) duta besar AS untuk badan dunia, Nikki Haley, mendesak pasukan keamanan Myanmar untuk menghindari menyerang warga sipil yang tidak berdosa. Haley mengutuk serangan baru-baru ini oleh Arakan Rohingya Salvation Army.
"Karena pasukan keamanan Myanmar yang bertindak untuk mencegah kekerasan lebih lanjut, mereka memiliki tanggung jawab untuk mematuhi hukum kemanusiaan internasional, yang mencakup menahan diri. Dan pesan untuk tidak menyerang warga sipil dan pekerja kemanusiaan yang tidak berdosa," ujarnya menambahkan.
Sekitar 27.400 Muslim Rohingya telah menyeberang ke Bangladesh dari Myanmar sejak Jumat lalu. Tiga orang sumber PBB Bangladesh mengatakan, setelah gerilyawan Rohingya memegang tongkat, pisau dan bom mentah menyerang pos polisi dan sebuah pangkalan militer di negara bagian Rakhine, yang menyebabkan bentrokan yang menewaskan sedikitnya 117 orang.
Myanmar mengatakan pasukan keamanannya melakukan operasi pembersihan di Rakhine utara untuk mempertahankan diri terhadap 'teroris ekstremis'. Pemantau mengatakan bahwa melarikan diri Rohingya melaporkan bahwa tentara dan etnis Rakhine, warga Buddhis telah melepaskan kampanye pembakaran yang bertujuan mengusir penduduk Muslim.
Wartawan //Reuters di Bangladesh pada Kamis melihat api besar di sisi seberang dari Sungai Naf, Myanmar. Beberapa desa juga terbakar di dekat kota Maungdaw di Rakhine, di mana seorang reporter //Reuters lainnya melihat puing-puing hangus dan asap mengepul dari hutan.
Sumber PBB di Bangladesh mengatakan sekitar 20 ribu orang Rohingya terdampar di tanah pria di antara kedua negara. Orang memperkirakan angka tersebut bisa melonjak menjadi 30 ribu tiap hari, Kamis (31/8).
Pelapor khusus PBB tentang hak asasi manusia di Myanmar, Yanghee Lee mengatakan bahwa situasi kemanusiaan di Rakhine memburuk dengan cepat. "Ribuan orang semakin berisiko mengalami pelanggaran berat hak asasi mereka," katanya dalam sebuah pernyataan. "Siklus kekerasan yang memburuk ini harus segera dihentikan," tambahnya.
Myanmar telah mengevakuasi ribuan umat Buddha dari Rakhine sejak awal pecahnya pertempuran. Dimana telah membunuh gerilyawan Rohingya dan juga personil keamanan Myanmar.
Di sisi lain, perlakuan terhadap sekitar 1,1 juta Rohingya di Myanmar merupakan tantangan terbesar yang dihadapi pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, yang dituduh oleh para kritikus Barat karena tidak berbicara mengenai minoritas yang telah lama mengeluhkan penganiayaan.
Pada Kamis, terdapat jenazah 11 anak-anak Rohingya dan sembilan wanita terdampar di sisi Naf Nafistan. "Kapal mereka terbalik," kata Ariful Islam, seorang komandan penjaga perbatasan Bangladesh. "Mayat dua wanita Rohingya dan dua anak telah dievakuasi pada Rabu setelah kapal mereka diberondong peluru oleh Polisi Perbatasan Myanmar," kata Islam menambahkan.
Seorang pemimpin Rohingya di Bangladesh mengutip perkataan korban yang selamat mengatakan kedua kapal itu terbalik karena penuh sesak. Di distrik perbatasan Banglades, Cox''s Bazar, kamp darurat untuk pengungsi yang dipindahkan sejak kekerasan serupa Oktober lalu diperluas.
Chris Lewa dari Proyek Arakan, sebuah kelompok pemantau Rohingya, mengatakan bahwa tampaknya pasukan keamanan Myanmar berusaha mengusir sebagian besar penduduk Rohingya. Dia mengatakan warga etnis Rakhine berpartisipasi dalam pembakaran desa-desa. "Apa yang kita dengar terbakar, terbakar, terbakar. Dan tampaknya menyebar dari selatan ke utara," ujarnya.
Myanmar mengatakan memiliki hak untuk mempertahankan diri dari serangan, seolah petugas keamanan diperintahkan untuk melindungi warga sipil yang tidak bersalah. Kenyataanya tentara Myanmar telah memerangi warga Rohingya dan pemberontak yang terus menyerang pasukan pemerintah.