REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand bersiap untuk menerima orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran di Myanmar dan mengirim mereka kembali ketika mereka siap, menyusul serangkaian serangan gerilyawan Muslim Rohingya pada pasukan keamanan Myanmar pekan lalu.
Thailand dulunya merupakan rute transit populer bagi Rohingya yang melarikan diri dari negara bagian Rakhine melintasi Laut Andaman. Sebagian lainnya menuju Thailand melalui transportasi darat.
"Kementerian pertahanan dan keamanan Thailand bersiap untuk menerima berbagai pengungsi. Kami akan memberi mereka tempat berlindung seperti dulu dan mengirim mereka kembali saat mereka siap," ujar Menteri Prayuth Chan-ocha mengatakan kepada wartawan seperti dilansir Reuters, Selasa (29/8).
Prayuth tidak menjelaskan apakah ada pengungsi Rohingya yang telah tiba di Thailand. Namun sebuah tindakan polisi Thailand pada tahun 2015 terhadap sindikat perdagangan manusia menyebabkan kapal-kapal yang berisikan para migran diangkut ke laut lepas.
Ini juga mengganggu jaringan yang membawa migran dari Myanmar dan Bangladesh ke Thailand dan Malaysia. Polisi imigrasi Thailand mengatakan pada Reuters pada bulan Mei bahwa penyelundupan manusia melintasi perbatasan dari Myanmar ke Thailand meningkat meski ada tindakan keras.
Wakil direktur Divisi Asia Human Rights Watch, Phil Robertson mengatakan Thailand harus mengevaluasi kembali kebijakannya jika ingin menerima pengungsi Rohingya. Ini dikarenakan Thailand tidak mengakui status pengungsi dan tidak mengenal Rohingya sebagai pekerja migran yang sah.
"Jika perdana menteri serius, dia harus menginstruksikan bahwa ada evaluasi ulang yang telah lama dilakukan terhadap kebijakan Thailand untuk Rohingya yang mengakui orang-orang ini tidak berusaha untuk bermukim di Thailand, melainkan hanya mencoba untuk mendapatkan tempat yang aman dimana mereka dapat tinggal. untuk sementara dalam bermartabat sebelum melanjutkan perjalanan mereka, " kata Robertson.
Etnis Rohingya banyak yang melarikan diri ke Bangladesh akibat meningkatnya pertempuran di Myanmar. Namun pemerintah Bangladesh berupaya untuk mengirim mereka pulang meskipun ada permohonan agar pengungsi Rohingya diizinkan untuk tinggal.
Sedikitnya 109 orang tewas dalam kekerasan baru-baru ini di Rakhine, kebanyakan dari mereka adalah militan, tapi juga anggota pasukan keamanan dan warga sipil. Perlakuan terhadap sekitar 1,1 juta Rohingya di Myanmar telah menjadi tantangan terbesar bagi pemimpin nasional Aung San Suu Kyi, yang telah dituduh oleh kritikus Barat karena tidak berbicara atas nama minoritas yang telah lama dianiaya.