Ahad 03 Sep 2017 09:33 WIB

Menlu Inggris Sebut Kasus Rohingya Nodai Burma

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Bayu Hermawan
Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson.
Foto: Reuters
Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari 2.600 rumah telah dibakar di wilayah pemukiman mayoritas etnis Rohingya di barat laut Myanmar pada pekan lalu. Ini merupakan salah satu serangan paling mematikan terhadap minoritas Muslim di Myanmar dalam beberapa dekade.

Selain itu, sekitar 58.600 orang Rohingya telah melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh dari Myanmar. Hal ini diungkapkan badan pengungsi PBB, UNHCR, saat para pekerja bantuan di sana berjuang untuk membantu orang-orang Rohingya.

Pejabat Myanmar menyalahkan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) atas pembakaran rumah-rumah tersebut. Kelompok tersebut mengaku bertanggung jawab atas serangan terkoordinasi terhadap pos keamanan pekan lalu yang memicu bentrokan dan serangan balik militer yang besar.

Namun orang-orang Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh mengatakan, pembakaran dan pembunuhan oleh tentara Myanmar tersebut yang memaksa mereka melarikan diri ke Bangladesh.

Perlakuan Myanmar kepada sekitar 1,1 juta orang Rohingya adalah tantangan terbesar yang dihadapi pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi. Para kritikus Barat mengkritisinya terus-menerus karena dia  selalu bungkam terhadap penganiayaan minoritas Muslim di sana.

"Aung San Suu Kyi benar-benar dianggap sebagai salah satu tokoh paling memberikan inspirasi di zaman kita, namun perlakuan terhadap Rohingya, sayangnya, menodai reputasi Burma," kata Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson, Sabtu, (2/9).

Bentrokan dan penumpasan oleh tentara Myanmar telah membunuh hampir 400 orang dan lebih dari 11.700 orang dievakuasi dari daerah tersebut. Namun hanya  penduduk non-Muslim yang dievakuasi.

Ini menandai sebuah peningkatan dramatis dari konflik yang telah merebak sejak Oktober, ketika serangan Rohingya yang lebih kecil terhadap pos keamanan mendorong sebuah reaksi militer yang berlebihan dan melanggar hak asasi manusia.

Media Pemerintah Myanmar, Global New Light of Myanmar menuduh ARSA membakar 2.625 rumah dari desa-desa Kotankauk, Myinlut dan Kyikanpyin dan dua bangsal di Maungtaw.

Namun, Human Rights Watch, yang menganalisis citra satelit dan orang Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh mengatakan, tentara keamanan Myanmar sengaja menyalakan api untuk membakar.

"Citra satelit baru menunjukkan penghancuran total sebuah desa Muslim, dan menimbulkan kekhawatiran serius bahwa tingkat kehancuran di negara bagian Rakhine utara mungkin jauh lebih buruk dari yang diperkirakan semula, "kata Deputi Direktur Asia HRW, Phil Robertson.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement