Ahad 03 Sep 2017 11:14 WIB

Alumni 212 Minta Presiden Jokowi Usir Dubes Myanmar

Rep: Santi Sopia/ Red: Bayu Hermawan
Seorang wanita Rohingya menangis setelah dilarang memasuki wilayah Bangladesh dari wiayah Myanmar
Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Seorang wanita Rohingya menangis setelah dilarang memasuki wilayah Bangladesh dari wiayah Myanmar

REPUBLIKA.CO.ID, NASIONAL, JAKARTA -- Alumni 212 mengutuk kekejaman pemerintah Myanmar terhadap etnis Muslim Rohingya. Presidium Alumni 212 Slamet Ma''arif berkesimpulan telah terjadi upaya genosida terhadap Muslim Rohingya.

Ma'arif meminta seluruh komponen masyarakat khususnya umat Islam untuk melakukan aksi penggalangan dana untuk membantu umat Islam Rohingya. Selain itu, meminta ketegasan sikap pemerintah Indonesia.

"Meminta pemerintahan Presiden RI Joko Widodo (Jojowi) untuk mengusir duta besar (Dubes) Myanmar dari Indonesia dan menutup kedutaanya," katanya melalui keterangan tertulis, Sabtu (2/9) malam.

Menurutnya umat Islam perlu mendukung aksi turun ke jalan mengusir duta besar Myanmar dari Indonesia. Di samping itu, ia meminta kepada persatuan negara-negara Asia tenggara untuk melakukan tindakan tegas dan memberikan sanksi berat kepada pemerintah Myanmar. 

Presidium Alumni 212 juga meminta komisi Ham PBB  untuk mengeluarkan resolusinya terkait pelanggaram Ham berat yang dilakukan oleh pemerintahan Aung San Suu Kyi. Menuntut kepada PBB untuk melakukan embargo kepada rezim  Aung San Suu Kyi. Dia berharap komisi nobel perdamaian PBB agar mencabut  hadiah nobel  yang diterima oleh Aung San Suu Kyi  pada tahun 2012. 

Ma'arif juga menolak pernyataan forum Budha Indonesia yang menyatakan bahwa krisis Rohingya tidak ada kaitanya dengan agama dan etnis tertentu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement