Senin 04 Sep 2017 10:32 WIB

Pengungsi Rohingya Membeludak

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang wanita Rohingya di perbatasan Myanmar - Bangladesh menangis setelah mendapat kabar melalui telefon suaminya tewas oleh militer Myanmar.
Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Seorang wanita Rohingya di perbatasan Myanmar - Bangladesh menangis setelah mendapat kabar melalui telefon suaminya tewas oleh militer Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Juru Bicara Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Vivian Tan, mengatakan kondisi kamp-kamp pengungsian yang berada di Bangladesh kini hampir semuanya telah penuh. Memuncaknya jumlah kapasitas pada kamp-kamp tersebut terjadi setelah ribuan pengungsi Rohingnya melarikan diri dari kawasan Myanmar bagian barat.

"Sekitar 73 ribu orang etnis Rohingnya telah melewati perbatasan Myanmar-Bangladesh, sejak kekerasan di negara bagian Rakhine, Myanmar, terjadi pada 25 Agustus lalu," ujar Vivian sebagaimana dilansir dari Scotsman, Senin (4/9).

Berdasarkan citra satelit yang dianalisis oleh Human Rights Watch, menunjukkan ratusan bangunan telah hancur setidaknya di 17 lokasi di Rakhine sejak 25 Agustus. Pemerintah mengklaim bahwa gerilyawan membakar rumah mereka sendiri dan membunuh umat Budha di Rakhine.

Baik petugas keamanan Myanmar dan gerilyawan Rohingya saling menuduh melakukan kekejaman di negara bagian Rakhine. Militer mengatakan, hampir 400 orang, kebanyakan dari mereka adalah gerilyawan, tewas dalam bentrokan menyusul serangan pemberontak terhadap pos keamanan.

Pengungsi yang telah sampai di Bangladesh menggambarkan bom meledak dan muslim Rohingya dibakar hidup-hidup oleh militer. Pejabat dari lembaga bantuan lain mengatakan bahwa lebih dari 50 pengungsi telah tiba dengan luka tembak dan dibawa ke rumah sakit di Cox''s Bazar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement