Selasa 05 Sep 2017 06:25 WIB

Rumah Sakit di Perbatasan Bangladesh Dipenuhi Muslim Rohingya

Rep: Umar Muchtar/ Red: Bayu Hermawan
Pengungsi Rohingya termenung setelah upayanya mengungsi ke wilayah Bangladesh dicegah penjaga perbatasan.
Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Pengungsi Rohingya termenung setelah upayanya mengungsi ke wilayah Bangladesh dicegah penjaga perbatasan.

REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Sebuah rumah sakit yang dekat dari perbatasan tenggara Bangladesh, telah menjadi penuh sesak oleh puluhan pengungsi muslim Rohingya. Mereka datang dengan kondisi terkena luka tembak dan patah tulang setelah melarikan diri dari tindakan brutal militer Myanmar.

Petugas medis rumah sakit, Dr. Shaheen Abdur Rahman Choudhury mengatakan saat ini sudah ada tiga pria dan seorang remaja laki-laki yang berhasil diobati. Setelah pulih, keempat orang yang tidak mempunyai tempat tinggal ini kemudian hanya berdiam diri di belakang Rumah Sakit Sadar Cox's Bazar itu.

"Mereka membawa sedikit barang, ada beberapa lembar alas tidur, dan tas plastik yang berisi dokumen-dokumen pribadi," kata Shaheen seperti dilansir The Wichita Eagle, Senin (4/9).

Puluhan muslim Rohingya yang tiba di rumah sakit itu bercerita soal rasa tertekan dan takut yang dialaminya saat tentara melepaskan tembakan secara acak ke desanya di Myanmar Barat, pada 26 sampai 27 Agustus lalu. Pihak rumah sakit pun mau tak mau harus menerima keberadaan mereka agar warga Rohingya itu dapat segera pulih kembali.

Sejumlah muslim Rohingya yang lain masih melintasi rawa-rawa yang menjadi perbatasan untuk menuju Bangladesh. Sekitar 73.000 Muslim Rohingya telah memasuki Bangladesh dalam melarikan diri dari kekerasan di Myanmar barat, yang meletus 25 Agustus.

(Baca juga: Sekitar 73 Ribu Etnis Rohingya Telah Mengungsi ke Bangladesh)

Para pengungsi telah memenuhi tiga kamp pengungsi yang ada pada tahun 1990-an. Ribuan lagi berlindung di mana pun mereka bisa menemukan tempat.

"Kami telah mendengar laporan orang-orang yang berada di daerah di dekat perbatasan," kata juru bicara Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) Vivian Tan.

Sejauh ini, dari catatan UNHCR, ada sekitar 73 ribu pengungsi baru di Bangladesh sejak konflik terjadi pada 25 Agustus lalu di Negara Bagian Rakhine, Myanmar Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement