Selasa 05 Sep 2017 16:42 WIB

Pengungsi Rohingya Bertahan dengan Makan Dedaunan Liar

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Sejumlah warga muslim Rohingya bersiap menaiki sampan saat meninggalkan Thandawli, kamp pengungsian internal Sittwe, negara bagian Rakhine, Myanmar, Sabtu (2/9).
Foto: Antara/Willy Kurniawan
Sejumlah warga muslim Rohingya bersiap menaiki sampan saat meninggalkan Thandawli, kamp pengungsian internal Sittwe, negara bagian Rakhine, Myanmar, Sabtu (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Hampir setiap pengungsi Rohingya yang berada di kamp pengungsian Kutupalang, Cox's Bazar, Bangladesh dilaporkan menderita beberapa jenis penyakit.

Sejumlah pengungsi yang ditemui Arab News mengaku mengalami penyakit kulit karena terus terkena hujan, sedangkan anak-anaknya menderita kekurangan gizi.

Zaed Alam (45 tahun) tiba di kamp pengungsian Kutupalang pada Senin (4/9) dengan tangan hampa. Sebelumnya ia merupakan seorang petani kaya di desa Kumarkhali di negara bagian Rakhine, Myanmar.

Perjalanannya melintasi perbatasan ke Bangladesh dilakukan secara sembunyi-sembunyi dengan melewati gua-gua, bersama 13 anggota keluarganya. Mereka bepergian pada malam hari, lebih dari 175 km dalam 10 hari, dengan hanya memakan dedaunan liar.

Sementara Sayed Nur (22) tiba di kamp Kutupalang dengan luka peluru di lengan kirinya, bersama empat anggota keluarganya. Nur sebelumnya tinggal di desa Shaheb Bazar di Rakhine, sebagai seorang petani miskin yang biasa mengolah tanah tetangganya.

"Empat warga desa lainnya dibunuh oleh tentara Myanmar. Saya sangat beruntung. Dengan rahmat Allah Yang Maha Kuasa, saya bisa menyelamatkan hidup saya," kata Nur kepada Arab News.

Butuh waktu enam hari baginya untuk sampai ke kamp pengungsi, dan ia tiba lima hari yang lalu. Dia juga harus bersembunyi di gua-gua pada siang hari dari Angkatan Darat Myanmar.

Selama enam hari itu, keluarga beranggotakan empat orang tersebut hanya memiliki dua kg beras. Pada Ahad (3/9), sesama warga Rohingya yang telah berada terlebih dahulu di kamp, memberi keluarga itu sejumlah kecil nasi matang.

Pada Senin (4/9), dua ledakan mengguncang daerah di sisi perbatasan Myanmar dan Bangladesh, yang disertai dengan suara tembakan dan asap hitam tebal.

Penjaga perbatasan Bangladesh mengatakan, seorang wanita kehilangan kakinya akibat ledakan yang berjarak sekitar 50 meter dari perbatasan dengan Myanmar, dan segera dibawa ke Bangladesh untuk perawatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement