Rabu 06 Sep 2017 13:08 WIB

Ratusan Pelajar Aksi di Gedung Sate Prihatin Atas Rohingya

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Endro Yuwanto
 Warga imigran Rohingya melakukan aksi di depan gedung UNHCR, Jakarta, Senin (28/8).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Warga imigran Rohingya melakukan aksi di depan gedung UNHCR, Jakarta, Senin (28/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ratusan pelajar yang berasal dari Sekolah Islam Nurul Fikri, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) menggelar aksi solidaritas untuk etnis Rohingya, Myanmar di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Rabu (6/9). Mereka menyuarakam keprihatinan akan penyiksaan yang diterima etnis Rohingya.

Dalam aksinya mereka membawa bendera dan beberapa poster dan spanduk berisikan kecaman atas aksi kejam kepada Muslim Rohingya seperti, ''Rohingya Membutuhkan  Kita'', ''Stop Genosida Muslim Rohingya'', ''Indonesia Selamatkan Rohingya'' dan lainnya. Para pelajar yang berseragam SMP dan SMA ini juga meneriakan "Save Rohingya.. Save Rohingya.. Save Rohingya." Mereka juga membawa bendera merah putih.

Koordinator aksi Aris Firmansyah mengatakan para pelajar tergerak karena prihatin atas krisis kemanusian tersebut. Menurutnya, krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar, sudah menjadi perhatian dunia yang harus diselesaikan.

"Ini aksi kepedulian saudara-saudara kita di Rohingya. Kita menyuarakan keprihatinan atas apa yang terjadi terhadap saudara-saudara kita di sana. Lewat aksi solidaritas ini semoga aspirasi kita bisa sampai," kata Aris.

Menurut Aris, pelanggaran HAM dilakukan pihak-pihak yang membantai Muslim Rohingya. Pembersihan etnis muslim Rohingya oleh tentara Myanmar harus dihentikan.

Oleh karena itu, semua negara termasuk Indonesia harus terus menyuarakan dan bergerak agar kekejaman di Rakhine bisa dihentikan. "Apa yang terjadi di Rohingya jelas itu melanggar HAM. Dengan beberapa upaya diplomasi dari berbagai negara dan suara-suara dari banyak negara, semoga kekerasan ini bisa dihentikan," ujarnya.

Aris menyampaikan para pelajar yang ikut turun ke jalan menyuarakan aksi karena bagian dari kepedulian terhadap sesama manusia. Khususnya sesama Muslim yang sedang dalam kondisi teraniaya. "Ini bagian dari pembelajaran kepedulian yang masuk dalam pelajaran PPKN. Ini kita ajarkan kepedulian dengan apa yang terjadi dengan sesamanya," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement