Rabu 06 Sep 2017 13:03 WIB

Menlu Prioritaskan Penurunan Ketegangan di Rakhine

Rep: Puti Almas/ Red: Indira Rezkisari
Menlu Indonesia Retno Marsudi saat berbincang dengan Aung San Suu Kyi di Myanmar terkait penyelesaian konflik di Rohingya.
Foto: EPA
Menlu Indonesia Retno Marsudi saat berbincang dengan Aung San Suu Kyi di Myanmar terkait penyelesaian konflik di Rohingya.

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan saat ini upaya untuk mengurangi dan mengatasi ketegangan yang terjadi di Rakhine, Myanmar menjadi prioritas utama. Ia menyampaikan hal itu dalam pertemuan dengan Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar U Min Aung Hlaing pada Senin (4/9) lalu. 

Pertemuan dengan Hlaing merupakan agenda pertama dalam rangkaian pertemuan antara Menlu Indonesia dan otoritas Myanmar. Tujuan utama pertemuan ini adalah membahas masalah keamanan serta krisis kemanusiaan karena kekerasan yang kembali terjadi di Rakhine. 

Retno menyampaikan bahwa Indonesia serta negara-negara lainnya di dunia sangat prihatin dengan situasi kemanusiaan yang terjadi di Rakhine. Ia meminta agar otoritas keamanan Myanmar harus bertindak cepat dalam mengentikan segala bentuk kekerasan di wilayah negara bagian itu, serta memberi perlindungan terhadap semua warga di sana, termasuk kaum Muslim. 

Menurut Hlaing, pasukan keamanan Myanmar terus berusaha memulihkan keamanan dan stabilitas di Rakhine. Kekerasan yang terjadi di wilayah negara bagian itu kembali terdengar pada 25 Agustus lalu. Saat itu, sebanyak 20 pos keamanan polisi di area perbatasan Myanmar dan Bangladesh saat itu dilaporkan mendapat serangan. 

Menurut pasukan militer Myanmar, ada ratusan orang yang diyakini oleh mereka berasal dari kelompok militan Rohingya melakukan serangan tersebut. Beberapa membawa senjata, serta menggunakan bahan peledak buatan sendiri dalam serangan itu. 

Pertempuran antara pasukan keamanan Myanmar dan penyerang kemudian terus berlanjut. Tak hanya itu, tentara negara kemudian dilaporkan melakukan operasi di desa-desa yang menjadi tempat tinggal penduduk dari etnis tersebut di sejumlah desa dan wilayah Rakhine. 

Situasi di Rakhine semakin memburuk dengan adanya laporan pembakaran desa-desa yang menjadi tempat tinggal warga Rohingya di sana. Kelompok aktivis Human Rights Watch mengatakan banyak bangunan dan area lingkungan warga, khususnya di Maungdaw, wilayah utara negara bagian itu yang terlihat terbakar dan ditunjukkan melalui media sosial. 

Diperkirakan ada 123.600 warga Rohingya saat ini telah melarikan diri ke Bangladesh. Namun, tak sedikit diantaranya yang diyakini mengalami luka parah karena tembakan yang dilepas oleh pasukan militer Myanmar dalam perjalanan mereka.

Karena itu, Retno berharap situasi keamanan dan stabilitas di Rakhine bisa secepatnya tercapai kembali. Dengan demikian, bantuan kemanusiaan dapat segera diberikan kepada mereka yang membutuhkan. 

"LSM Indonesia telah bekerjasama dengan Pemerintah Myanmar saat ini untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan serta untuk pembangunan jangka menengah dan panjang di Rakhine," ujar Retno, dalam keterangan pers Kemenlu RI, Rabu (6/9). 

Retno dalam pertemuan dengan Hlaing juga menggarisbawahi perlunya membuka akses bantuan kemanusiaan untuk mengatasi masalah yang terjadi. Banyak warga di Rakhine yang hingga saat ini belum mendapat pasokan makanan, air, serta obat-obatan yang dibutuhkan karena Pemerintah Myanmar memblokir arus masuk badan bantuan ke Rakhine.

sumber : BBC
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement