REPUBLIKA.CO.ID, SHAMLAPUR -- Hampir 150 ribu Muslim Rohingya telah meninggalkan Myanmar ke Bangladesh dalam waktu kurang dari dua pekan. PBB memperingatkan ada risiko pembersihan etnis yang dapat mengganggu kestabilan yang lebih luas. .
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan keprihatinannya bahwa kekerasan di Rakhine bisa menjadi malapetaka kemanusiaan.
Menurut perkiraan terakhir yang dikeluarkan oleh PBB yang beroperasi di Cox''s Bazar, kedatangan warga Rohingya dalam 12 hari mencapai 146 ribu. Ini artinya telah ada 233 ribu total Rohingya yang telah mencari perlindungan di Bangladesh sejak Oktober lalu.
Rohingya yang baru tiba mengatakan kepada pihak berwenang bahwa tiga kapal yang membawa di antara mereka lebih dari 100 orang tenggelam pada dini hari Rabu. Penjaga pantai komandan M.S. Kabir mengatakan enam mayat, termasuk tiga anak, ditemukan terdampar di darat.
Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi menyalahkan teroris karena adanya kesalahan informasi atas kekerasan yang terjadi di negara bagian Rakhine namun dia tidak menyebutkan eksodus Rohingya sejak kekerasan terjadi di sana pada 25 Agustus.
Dia mendapat tekanan dari negara-negara dengan populasi Muslim, termasuk di Indonesia. Ribuan orang yang dipimpin oleh kelompok Islam mengadakan demonstrasi di Jakarta pada hari Rabu, untuk menuntut agar hubungan diplomatik dengan Myanmar yang mayoritas umat Islam diputus..
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya di Facebook, Suu Kyi mengatakan pemerintah membela semua orang di Rakhine dengan cara terbaik. Ia juga memperingatkan terhadap kesalahan informasi yang dapat merusak hubungan dengan negara lain.