Rabu 06 Sep 2017 18:35 WIB

Uji Coba Nuklir Korut Picu Tanah Longsor

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) saat mengadakan pertemuan presidium partai berkuasa. Korea Utara mengklaim 'kesuksesan sempurna' untuk uji coba nuklirnya yang paling kuat sejauh ini.
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) saat mengadakan pertemuan presidium partai berkuasa. Korea Utara mengklaim 'kesuksesan sempurna' untuk uji coba nuklirnya yang paling kuat sejauh ini.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Uji coba nuklir terakhir Korea Utara yang dilakukan pada Ahad (3/9) di bawah tanah pegunungan Punggye-ri tampaknya telah memicu sejumlah tanah longsor. Kelompok analisis 38 North menerbitkan gambar yang diambil dari citra satelit, yang menunjukkan tanah longsor yang lebih meluas daripada sebelumnya.

Uji coba nuklir tersebut dilaporkan telah menghasilkan getaran dahsyat dengan kekuatan 6,3 skala Richter, yang terasa sampai ke perbatasan Cina. 38 North mengatakan, gambar terbarunya yang diambil sehari setelah uji coba nuklir terakhir, menunjukkan tanah longsor di area kerikil dan bebatuan pegunungan terangkat saat getaran terjadi.

Getaran dahsyat memaksa material pegunungan terangkat ke atas dan turun kembali ke bawah. Titik terparah adalah di dekat Gunung Mantap, puncak tertinggi di lokasi uji coba tersebut.

"Tanah longsor lebih banyak dan meluas saat ini dibandingkan dengan lima uji coba yang dilakukan Korut sebelumnya," tulis 38 North di situs resminya, seperti dikutip BBC.

Namun meski uji coba tersebut telah memicu getaran kuat, tampaknya saat ini masih belum menyebabkan ambruknya kawah gunung. Beberapa pakar percaya, uji coba nuklir itu telah menyebabkan terowongan bawah tanah di Punggye-ri runtuh.

Para ahli mengatakan, keruntuhan terowongan di lokasi nuklir dan kejadian semacam itu meningkatkan kemungkinan pelepasan gas radionuklida.

Setelah pengujian sebelumnya, pihak berwenang biasanya melaporkan sejumlah kecil partikel radioaktif atau gas yang terdeteksi di negara-negara tetangga, walaupun tidak ada cara untuk menguji jumlahnya di Korut.

Korut mengklaim tidak ada radiasi yang bocor saat melakukan uji coba nuklir terakhir. Administrasi Keselamatan Nuklir Cina dan Komisi Keselamatan dan Keamanan Nuklir Korea Selatan juga melakukan pemantauan darurat radiasi segera setelah uji coba dilakukan.

Baca juga, Korut: Peluncuran Rudal untuk Targetkan Pangkalan Militer AS.

38 North mengatakan, radionuklida, produk reaksi nuklir yang dilepaskan ke atmosfer, telah terdeteksi dan ditelusuri kembali ke uji coba nuklir sebelumnya, pada Februari 2013. Mereka juga mencatat getaran seismik kedua, beberapa menit setelah getaran awal, namun lebih kecil dengan kekuatan 4,6 SR.

38 North sebelumnya telah menolak kemungkinan uji coba nuklir Korut ini dapat memicu letusan gunung berapi. Namun uji coba yang dilakukan berulang kali tentunya menimbulkan kekhawatiran akan kondisi pegunungan Punggye-ri.

Bom nuklir Korut yang diujikan kali ini diperkirakan memiliki daya berkisar antara 50 sampai 120 kiloton. Sebuah perangkat bom berukuran 50 kiloton kira-kira memiliki kekuatan tiga kali bom yang menghancurkan Hiroshima pada 1945.

Korut telah melakukan enam uji coba nuklir sejak 2006 dan selalu menggunakan situs uji coba Punggye-ri. Situs yang terletak di daerah pegunungan di timur laut ini diperkirakan merupakan fasilitas nuklir utama Korut dan satu-satunya lokasi uji coba nuklir yang aktif di dunia.

Uji coba nuklir dilakukan di dalam sistem terowongan yang digali di bawah Gunung Mantap. Menjelang uji coba nuklir terakhir pada Ahad (3/9) lalu, beberapa gambar citra satelit yang diterbitkan pada Agustus, menunjukkan situs tersebut dalam keadaan siaga untuk melakukan uji coba.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement