Kamis 07 Sep 2017 08:44 WIB

Parlemen Arab Ajak Masyarakat Internasional Beraksi Bantu Rohingya

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Pengungsi Rohingya berjalan menuju pantai setelah berlayar di Teluk Bengal melintasi perbatasan Bangladesh-Myanmar di Teknaf, Bangladesh, Rabu (6/9).
Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Pengungsi Rohingya berjalan menuju pantai setelah berlayar di Teluk Bengal melintasi perbatasan Bangladesh-Myanmar di Teknaf, Bangladesh, Rabu (6/9).

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Parlemen Arab turut mengecam kekerasan dan pelanggaran HAM yang terjadi di negara bagian Rakhine, Myanmar. Dalam sebuah pernyataan tertulis, Parlemen Arab menyerukan agar masyarakat internasional melakukan aksi nyata untuk membantu Muslim Rohingya.

"Menyerukan adanya aksi dari masyarakat internasional untuk menghentikan pembantaian terhadap Muslim Rohingya dan berusaha untuk memperbaiki standar hidup mereka serta mengurangi beban kesulitan mereka," tulis Parlemen Arab seperti dikutip Anadolu.

Parlemen Arab juga meminta PBB, Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN), dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk mengambil tindakan segera.

Mereka juga mendesak pelaku kekerasan untuk dibawa ke Pengadilan Pidana Internasional (ICC) karena telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan secara sistematis telah melakukan pemusnahan etnis.

Secara terpisah, Uni Arab juga mengeluarkan sebuah pernyataan, yang mendesak Pemerintah Myanmar untuk bertanggung jawab dengan menyelidiki pelanggaran HAM yang terjadi. Uni Arab meminta pelaku dibawa ke pengadilan atas tindakan mereka terhadap Muslim Rohingya.

Duta Besar Arab Saudi untuk Turki, Walid Abdul Karim El Khereiji, mengatakan negaranya sedang berusaha menghentikan pelanggaran HAM terhadap Muslim Rohingya di Myanmar. Dia mengatakan, Arab Saudi telah mengambil langkah-langkah untuk memindahkan kasus pelanggaran itu ke platform internasional.

"Kerajaan Arab Saudi, sebagai pemimpin dunia Islam, akan melanjutkan usaha dan untuk menemukan solusi terhadap krisis tingkat internasional ini," kata Khereji.

Menurut PBB, sebanyak 123.600 warga Rohingya telah menyeberang ke Bangladesh dan puluhan ribu lainnya mengungsi di dalam negeri karena kekerasan. Negara bagian Rakhine telah mengalami ketegangan antara populasi Buddha dan Muslim sejak kekerasan komunal terjadi pada 2012.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement