REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan bersiap untuk kemungkinan uji coba rudal lebih lanjut oleh Korea Utara untuk memperingati ulang tahun pendiri negara tersebut pada hari Sabtu atau hanya beberapa hari setelah uji coba nuklir keenam dan terbesarnya.
Sepanjang pekan ini, pejabat Korea Selatan telah memperingatkan bahwa Korea Utara dapat meluncurkan rudal balistik antar benua lainnya, yang bertentangan dengan sanksi PBB dan di tengah kebuntuan yang meningkat dengan Amerika Serikat.
Pyongyang merayakan ulang tahun pendirinya setiap tahun dengan tampilan militer. Tahun lalu, Korea Utara melakukan uji coba nuklir kelima pada peringatan 9 September tersebut.
Ketegangan di semenanjung Korea telah meningkat saat pemimpin muda Korea Utara, Kim Jong Un, meningkatkan pengembangan senjata, menguji serangkaian rudal tahun ini, termasuk satu roket terbang di atas Jepang, dan melakukan uji coba bom hidrogen pada hari Ahad.
Para ahli percaya bahwa rezim yang terisolasi tersebut semakin mendekati tujuannya untuk mengembangkan senjata nuklir yang kuat yang mampu mencapai Amerika Serikat.
Merayakan ulang tahun pendiriannya, sebuah editorial halaman depan dari berita resmi Korea Utara, Rodong Sinmun mengatakan bahwa negara tersebut harus membuat senjata berteknologi tinggi untuk terus menghadirkan peristiwa sejarah besar seperti uji coba rudal balistik antarbenua 28 Juli lalu.
Pakar nuklir Korea Selatan, yang memeriksa kontaminasi, mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka telah menemukan jejak gas xenon radioaktif beberapa kali, namun terlalu dini untuk menghubungkannya dengan ledakan hari Ahad.
Komisi Keamanan Nuklir (NSSC) mengatakan telah melakukan uji coba terhadap sampel tanah, udara dan air sejak lama setelah uji coba nuklir Korea Utara pada hari Ahad..
Xenon adalah gas alami yang tidak berwarna yang digunakan dalam pembuatan beberapa jenis lampu. Namun NSSC mengatakan telah mendeteksi xenon-133, sebuah isotop radioaktif yang tidak terjadi secara alami dan yang sebelumnya dikaitkan dengan tes nuklir Korea Utara.
"Tidak ada kemungkinan xenon akan berdampak pada wilayah atau populasi Korea Selatan," kata agensi tersebut.