REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Tentara Lebanon akan dikerahkan di sepanjang perbatasan timur negara itu dengan Suriah dan akan tetap ditempatkan, setelah baru-baru ini mereka merebut daerah tersebut dari ISIS, kata pemimpin militer Jenderal Joseph Aoun pada Jumat (8/9).
"Tentara akan dikerahkan sejak saat ini dan seterusnya di perbatasan timur," kata Aoun pada sebuah upacara mengenang tentara Lebanon yang tewas dibunuh oleh ISIS.
Serangan tentara pada bulan lalu diakhiri dengan menarik dirinya pemberontak dari pijakan terakhir mereka di sepanjang perbatasan, di bawah sebuah kesepakatan gencatan senjata antara tentara Suriah dan Hizbullah terhadap pemberontak di wilayah perbatasan sisi Suriah.
Pemimpin Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah mengatakan pada Juli bahwa pihaknya akan siap untuk menyerahkan wilayah yang direbutnya jika tentara Lebanon memintanya. Hizbullah memimpin sebuah serangan di daerah yang sama pada bulan itu, untuk menyingkirkan kelompok Front Nusra dari pijakan terakhir mereka di sepanjang wilayah perbatasan.
Sumber keamanan mengatakan bahwa Hizbullah telah mulai menyerahkan sejumlah titik tempat yang dikendalikannya. Kelompok Hizbullah dukungan Iran telah memainkan peran penting dalam melawan pemberontak Sunni di wilayah perbatasan selama perang Suriah enam tahun, yang merupakan bagian dari dukungan militernya terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Serangan kelompok tersebut, sekutu Presiden Lebanon Michel Aoun, menjadi kunci kekalahan pemberontak di daerah Qalamoun pada 2015, dan di kota Qusair, Suriah, pada 2013. Perbatasan selatan Lebanon dengan Israel, musuh Hizbullah, dipatroli oleh Pasukan Sementara PBB di Lebanon.