Sabtu 09 Sep 2017 23:30 WIB

Kepala Eksekutif Kutuk Keras Slogan 'Kemerdekaan Hong Kong'

Hong Kong
Foto: REUTERS/Tyrone Siu
Hong Kong

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam Cheng Yuet-ngor mengutuk keras slogan "Kemerdekaan Hong Kong" yang terpasang di sejumlah kampus di kota itu di tengah duka yang dialami pejabat setempat. Ia juga menyatakan bahwa hal itu merupakan pelanggaran kedaulatan negara, integritas wilayah dan kepentingan pembangunan.

"Kemerdekaan Hong Kong bertentangan dengan prinsip 'satu negara, dua sistem' dan Undang-Undang Dasar serta mengganggu kepentingan masyarakat dalam jangka panjang," kata Lam sebagaimana dikutip People's Daily di Beijing, Sabtu (9/9).

Lam juga mengecam poster yang terpasang di kampus Education University of Hong Kong tersebut karena menunjukkan tidak adanya empati terhadap kematian putra tertua pejabat nomor dua di Sekretariat Kementerian Pendidikan setempat. Perempuan tersebut menyatakan bahwa hal itu sangat tidak beradab, tidak sesuai dengan norma-norma sosial dan tidak punya perasaan.

Lam yang menganggap insiden pemasangan poster di kampus itu sebagai hal yang keterlaluan mengatakan bahwa kebebasan berpendapat ada batasnya dan kebebasan akademik seharusnya tidak dimanfaatkan untuk melakukan tindakan pelanggaran.

Slogan-slogan yang mendukung kemerdekaan Hong Kong terpasang di beberapa kampus sejak dimulainya semester baru. Otoritas kampus segera menurunkan spanduk-spanduk tersebut. Poster-poster tersebut juga ditemukan di papan pengumuman kampus Education University of Hong Kong sebagai olok-olok atas kematian putra pejabat kedua Sekretariat Kementerian Pendidikan setempat Christine Choi Yuk-lin.

Sekretaris Kementerian Pendidikan Hong Kong Kevin Yeung Yun-hong mengatakan bahwa pemasangan pengumuman di area publik seharusnya sesuai norma dan hukum. Oleh sebab itu, lembaganya menentang kemerdekaan yang salah makna tersebut dan para pelajar seharusnya tidak mendiskusikan isu-isu yang menyebabkan pelanggaran terhadap Undang-Undang Dasar.

Pihaknya juga menekankan pentingnya norma dan hukum menjadi pertimbangan sebelum berbicara mengenai kemerdekaan. Sejumlah akademikus dan pengacara juga mengecam keras pernyataan dan orasi di kampus-kampus yang berpotensi melanggar hukum.

Sosiolog dan mantan pimpinan Dewan Penasihat Pemerintahan Daerah Administrasi Khusus Hong Kong, Lau Siu-kai, berpendapat bahwa para pelajar telah melampaui batas toleransi yang berlaku di kampus dan mendukung tindakan melanggar hukum atau cemoohan yang tersebar di tengah masyarakat.

Demikian pula pengacara Priscilla Leung Mei-fun yang mengatakan bahwa pihak kampus memiliki kewajiban mutlak untuk melarang poster ilegal yang mendukung separatisme. Putra tertua Christine Choi Yuk-lin tewas setelah melompat dari lantai 41 apartemen mewah di Yan Ma Tei, Kamis (7/9).

Hingga saat ini petugas kepolisian Hong Kong masih menyelidiki insiden tersebut. Namun sumber di kepolisian menyebutkan bahwa korban memang memiliki riwayat depresi, demikian laporan South China Morning Post.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement