Ahad 10 Sep 2017 13:41 WIB

Perempuan Rohingya Berpotensi Jadi Korban Human Trafficking

 Ketua P2TP2A Jabar Netty Prasetiyani (kanan), Ketua DPRD Jabar Ineu Purwadewi Sundari dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mendeklarasikan aksi kemanusiaan untuk Rohingya di Gedung Sate, Kota Bandung, belum lama ini.
Foto: Istimewa
Ketua P2TP2A Jabar Netty Prasetiyani (kanan), Ketua DPRD Jabar Ineu Purwadewi Sundari dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mendeklarasikan aksi kemanusiaan untuk Rohingya di Gedung Sate, Kota Bandung, belum lama ini.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pengungsi perempuan dan anak Rohingya berpotensi menjadi korban human trafficking. Untuk itu, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jabar mengimbau pemerintah dan semua pihak untuk gencar melakukan upaya pemulihan trauma pada anak dan perempuan Rohingya. 

Ketua P2TP2A Provinsi Jabar Dr Hj Netty Prasetiyani mengungkapkan, anak dan perempuan harus menjadi penanganan prioritas. Jika tidak, tegas dia, maka perempuan dan anak terancam menjadi korban kejahatan lainnya, khususnya human trafficking.

‘’Anak, perempuan dan keluarga yang akan paling menderita akibat konflik kecil ataupun besar, horisontal maupun vertical,’’ ujar Netty kepada Republika, akhir pekan lalu. Survei UNHCR terhadap perempuan Rohingya yang lari dan terdampar di penampungan di India, Malaysia dan Indonesia, menunjukkan, sekitar 60 persen anak perempuan terpaksa menikah dini sebelum usia 16-17 tahun.

Disinyalir pengantin anak-anak tersebut, papar dia, di antaranya adalah korban perdagangan orang. Modus yang dilakukan oleh pelakunya, imbuh Netty, yakni dengan memberi janji keamanan dan kehidupan yang layak.

‘’Untuk itu, atas nama bangsa yang menjunjung harkat dan martabat kemanusiaan, mengutuk keras pembantaian etnis Rohingya,’’ tuturnya. Netty meminta Pemerintah Myanmar segera menghentikan operasi militer dan tindakan brutal tersebut.

ASEAN dan PBB, kata Netty,  harus segera turun tangan menghentikan pembantaian dan memberikan bantuan. Indonesia, menurut dia, memiliki peran penting dalam sejarah perdamaian dunia. Salah satu bukti, yakni peran Indonesia dalam memprakarsai berlangsungnya Konferensi Asia Afrika (KAA).

‘’Nah Indonesia jangan ragu. Saya memohon kepada Bapak Presiden Jokowi agar melakukan langkah dan diplomasi lanjutan,’’ tambahnya. Netty mengapresiasi Menlu Retno Marsudi yang telah melakukan pendekatan diplomatik dan menawarkan formula 4+1 kepada Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing dan Penasehat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi.

Begitupun kepada warga Jabar, Netty mengajak agar berperan aktif dalam aksi kemanusiaan kepada etnis Rohingya. Dengan landasan silih asih, silih asah, dan silih asuh, pihaknya mengajak masyarakat Jabar untuk mengulurkan tangan dan berdoa untuk warga Rohingya, khususnya bagi perempuan dan anak-anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement