REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Para peraih Nobel menyeru Aung San Suu Kyi agar segera berbicara dan bertindak melindungi etnis Rohingya. Sejumlah tokoh dunia mengungkapkan rasa kesedihan mereka terhadap etnis Rohingya. Mereka juga mengungkapkan kekecewaan kepada Aung San Suu Kyi.
Aktivis Pakistan, Malala Yousafzai pekan lalu menulis surat kepada Aung San Suu Kyi. Melalui suratnya dia menyatakan, dunia sedang menunggu Suu Kyi untuk mengutuk kekerasan yang tragis dan memalukan di Rakhine, Myanmar.
Paus Fransiskus telah menjadi advokat yang vokal untuk Rohingya. Dikabarkan, dia akan pergi ke Myanmar dan Bangladesh pada November. Bahkan, Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama juga mengatakan, Buddha pasti akan membantu masyarakat Muslim Rohingya. Dalai mengaku merasa sedih dengan tindakan kekerasan yang terjadi di Rakhine, Myanmar.
Mantan uskup Afrika Selatan sekaligus peraih Nobel, Desmond Tutu juga telah menerbitkan sebuah surat terbuka kepada Aung San Suu Kyi. Melalui surat tersebut dia mengungkapkan kesedihan yang sangat mendalam menyaksikan keadaan orang-orang Rohingya di Myanmar.
Desmond menyampaikan, apa yag terjadi di Myanmar bisa dijadikan gambaran atau contoh ketidakadilan. Suu Kyi menghadapi dua pilihan, antara cinta dan komitmen untuk masyarakat Myanmar. "Jika harga politik untuk menaikkan jabatan ke kursi tertinggi di Myanmar adalah kebisuan anda, harganya pasti terlalu curam," tulis Desmond dalam surat terbukanya, dilansir dari Asian Correspondent, Senin (11/9).
Desmond menerangkan, sebuah negara yang tidak damai, gagal untuk mengakui dan melindungi martabat semua rakyatnya. Maka negara tersebut bukanlah negara demokrasi.