Senin 11 Sep 2017 11:12 WIB

Korban Gempa Meksiko Keluhkan Respons yang Lamban

Rep: Marniati/ Red: Esthi Maharani
 Bangunan runtuh akibat gempa 8.1 skala richter di Juchitan, negara bagian Oaxaca, Meksiko, Ahad (10/9).
Foto: AP
Bangunan runtuh akibat gempa 8.1 skala richter di Juchitan, negara bagian Oaxaca, Meksiko, Ahad (10/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MEKSIKO -- Korban gempa Meksiko mengeluhkan respons yang lamban dari pemerintah atas bencana yang terjadi. "Tidak ada yang datang untuk menawarkan bantuan kepada kami. Ini adalah keajaiban yang bisa kami jalani," kata penduduk Julian Gomez seperti dilansir Aljazirah, Ahad (10/9).

Gomez berada di lantai dua rumahnya bersama istri dan anak perempuannya yang berusia tujuh tahun saat gempa terjadi. Beruntung ia dan keluarganya tidak mengalami luka dan berhasil menyelamatkan diri. Warga juga terpaksa  bekerja sama untuk membantu orang-orang terkubur di bawah reruntuhan.

Direktur keselamatan publik Jersey Rios mengendarai mobil di sekitar kota dengan petugas polisi untuk menilai kerusakan yang disebabkan oleh gempa berkekuatan 8.1 skala Richter. Sekitar 16 ribu orang tinggal di kota tersebut, namun hanya satu tim yang terdiri dari 11 polisi yang tersedia.

Sedikitnya 90 orang tewas akibat gempa di seluruh Meksiko dan jumlahnya terus meningkat. Masih belum ada korban tewas yang dikonfirmasi secara resmi, namun Rios memperkirakan setidaknya 10 orang meninggal dunia. Dia mengatakan tindakan pertama adalah untuk membantu orang-orang dengan layanan pemakaman. Makan terdekat berada di Juchitan, sebuah kota yang berjarak 10 km jauhnya.

"Kami telah membawa peti mati dari Juchitan untuk mengubur orang-orang," kata Rios.

Bantuan pertama untuk korban gempa tiba 36 jam setelah bencana tersebut terjadi. Bantuan ini datang bersamaan dengan kunjungan  Alejandro Murat, gubernur Oaxaca. Polisi negara bagian dan militer tiba untuk melaksanakan rencana darurat DN-III yang melibatkan anjing pencarian dan penyelamatan untuk menemukan orang-orang yang hilang, dan melakukan pembersihan sampah. Namun, warga mengeluh karena dalam 24 jam pertama tidak ada tempat berlindung atau akses langsung ke perawatan medis.

"Ada orang mati dan tidak ada yang datang," tetangga meneriaki Rios, sementara timnya mencoba membuka blokir jalan untuk gubernur dan rombongannya.

Pemerintah negara bagian mengeluarkan sebuah pernyataan segera setelah kunjungan tersebut namun tidak menyebutkan jumlah korban tewas dan menegaskan bahwa korban gempa akan menjadi prioritas untuk segera mendapat perhatian.

Tahap kedua yang dilakukan oleh otoritas perlindungan sipil negara adalah mengunjungi setiap rumah untuk menilai kerusakan. Namun warga mengeluhkan pihak berwenang yang berkunjung sejauh ini hanya berfoto dan mengumpulkan informasi tentang penghuni rumah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement