REPUBLIKA.CO.ID, COX'D BAZAR -- Sebuah sungai kecil yang berlumpur terdapat di antara perbatasan dua negara, Bangladesh dan Myanmar. Tempat ini menjadi pemisah, yang sekarang juga dikenal sebagai tanah tanpa manusia serta zona penyangga.
Sungai itu menjadi saksi orang-orang yang melarikan diri dan berharap kehidupan lebih baik. Mereka adalah warga Rohingya yang menjadi korban kekerasan di Rakhine, Myanmar.
Sejak kekerasan di Rakhine kembali meletus pada 25 Agustus lalu, setidaknya 270 ribu warga Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh. Mereka seluruhnya melewati area perbatasan yang saat ini telah dijaga ketat oleh pasukan keamanan negara tetangga Myanmar itu.
Namun, tak sedikit dari mereka yang tiba di Bangladesh dalam kondisi mengkhawatirkan. Sejumlah warga Rohingya yang mencoba melarikan diri dilaporkan sempat mendapat tembakan dari pasukan militer Myanmar. Bahkan, ada diantaranya yang juga terkena ranjau darat di perbatasan Bangladesh.
Menurut penjaga perbatasan Bangladesh, ranjau itu diletakkan di dalam tanah, yang di atasnya merupakan area jalur warga Rohingya pergi melarikan diri dari Rakhine. Secara otomatis, mereka melawati dan menginjak senjata berbahaya itu dan terkena ledakan.
Banyak yang meyakini bahwa ranjau diletakkan oleh pasukan militer Myanmar. Salah satu alasannya adalah kemungkinan besar alat peledak itu dimiliki oleh tentara negara itu dan dilakukan dengan tujuan mencegah warga Rohingya kembali ke Rakhine setelah mengungsi di Bangladesh.
Pada 7 September lalu, laporan warga Rohingya yang terkena ledakan ranjau ini terdengar. Korbannya adalah seorang perempuan yang kini disebut harus kehilangan kaki karena terkena senjata berbahaya tersebut.
Seorang warga Rohingya bernama Dil Mohammed mengatakan, perempuan yang menjadi korban itu tengah berjalan dari desanya menuju kamp pengungsian di perbatasan Bangadesh. Secara tidak sengaja, ia menginjak sesuatu di jalur tanah yang biasa dilewati.
"Kami akhirnya membawanya ke dokter yang bertugas menjadi sukarelawan di desa dan saat ini ia mendapat penanganan lebih lanjut di rumah sakit karena luka yang sangat parah," ujar Mohammed, dilansir //Sky News//, Senin (11/9).
Selain itu, kabar ada korban lainnya akibat ledakan ranjau di perbatasan Myanmar Bangladesh juga terdengar. Kali ini, seorang anak laki-laki berusia sekitar 10 tahun harus menderita. Dari sebuah foto yang terlihat, anak laki-laki itu terluka parah di bagian kaki kiri dan kanan. Bahkan, salah satunya kemungkinan besar tidak akan lagi dapat digunakan.
Pasukan militer Myanmar telah membantah tuduhan meletakkan ranjau di wilayah perbatasan negara dengan Bangladesh. Pihaknya mengatakan, itu adalah ulah dari kelompok militan lokal di Rakhine, negara bagian yang selama ini menjadi tempat tinggal warga Rohingya.