Senin 11 Sep 2017 15:37 WIB

55 Ribu Warga Etnis Rohingya Tinggal di Pakistan

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Pengungsi Rohingya berjalan di bawah hujan saat mereka tiba di perbatasan Bangladesh di Teknaf, Bangladesh, Sabtu (9/9).
Foto: EPA-EFE / Abir Abdullah
Pengungsi Rohingya berjalan di bawah hujan saat mereka tiba di perbatasan Bangladesh di Teknaf, Bangladesh, Sabtu (9/9).

REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Sebanyak 55 ribu warga etnis Rohingya saat ini dipercaya tinggal di Pakistan. Mayorita  berada di Karachi. Menurut National Data Registration Authority (NADRA) warga Rohingya tinggal di wilayah kumuh bernama Arakanabad.

Nama Arakanabad yang memiliki arti "Tanah Arakan", mengacu pada wilayah Arakan yang sekarang menjadi Rakhine di Myanmar. Ribuan keluarga Rohingya, yang banyak di antaranya tiba beberapa dekade lalu, berkumpul dan membentuk salah satu kelompok masyarakat besar.

Kebanyakan dari mereka yang tinggal di Arakanabad telah berada di Pakistan selama lebih dari 35 tahun. Mereka melarikan diri dari serangan dan konflik pada era 1960-an ketika Pakistan dan Bangladesh masih menjadi satu negara.

Meski telah tinggal di Arakanabad selama beberapa generasi, banyak dari warga Rohingya tidak memenuhi syarat untuk memperoleh kewarganegaraan. Menurut warga Rohingya yang diwawancarai oleh CNN, hanya mereka yang tiba sebelum perang sipil pada 1971 yang diberi kartu identitas Pakistan. Sedangkan yang lainnya tidak mungkin mendapatkan akses pekerjaan, perawatan kesehatan, atau pendidikan.

Aktivis dan juru bicara Organisasi Solidaritas Rohingya, Noor Hussain Akrani, yakin saat ini sudah saatnya Pemerintah Pakistan mengakui Rohingya sebagai warga negara yang setara. "Rohingya Pakistan tidak menjadi beban negara ini," ujar Akrani kepada CNN.

"Kami (warga Rohingya) adalah bangsa tertindas yang akan bekerja keras kemanapun kita pergi. Kami bekerja di pabrik. Wanita dan anak-anak kami menenun tikar di rumah. Tapi jika seorang anak lahir, ibu dan saudari kami tidak dapat melahirkan di rumah sakit. Anak-anak kami kekurangan pendidikan. Mereka tidak memiliki akses ke sekolah negeri. Kami menjalani kehidupan yang sangat sulit. Tidak ada yang akan berubah sampai kami diberi status kewarganegaraan di Pakistan, ke mana lagi kami akan pergi?" ungkapnya

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh UNHCR tahun ini menyatakan Pemerintah Pakistan telah menjadi tuan rumah bagi sejumlah orang yang tidak memiliki kewarganegaraan atau berisiko tidak memiliki kewarganegaraan karena masalah kebangsaan yang belum terselesaikan. Mereka termasuk warga Rohingya yang menetap di Karachi.

Menurut kebijakan Pakistan, warga Rohingya tidak memenuhi syarat sebagai pencari suaka atau pengungsi. Namun karena pemerintah belum secara khusus menjelaskan hak-hak warga yang tidak memiliki kewarganegaraan, masa depan Rohingya di negara tersebut masih bisa berubah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement