Senin 11 Sep 2017 20:07 WIB

Arab Saudi Tangkap Tokoh Agama Berpengaruh

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Agus Yulianto
Parade pasukan keamanan haji Arab Saudi di Makkah, Kamis (17/9).
Foto: AP/Mosa'ab Elshamy
Parade pasukan keamanan haji Arab Saudi di Makkah, Kamis (17/9).

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Seorang tokoh agama berpengaruh di Arab Saudi ditangkap, kata banyak tayangan media gaul pada Ahad, dalam upaya perburuan terhadap ulama penentang penguasa kerajaan tersebut. Ulama bernama Sheikh Salman al-Awdah, yang dipenjara lima tahun pada 1994-1999 karena memperjuangkan perubahan politik dan kini mempunyai 14 juta pengikut di Twitter, diduga ditahan sejak akhir pekan lalu.

Dalam satu tayangan terakhir di Twitter, dia menyambut berita pada Jumat, yang mengisyaratkan pertengkaran tiga bulan Qatar dengan sejumlah negara Teluk berhasil diselesaikan.

"Semoga Tuhan mendamaikan hati mereka demi kebaikan umat," kata Awdah dalam Twitter-nya setelah muncul berita percakapan telepon Amir Qatar, Tamim bin Hamad al-Thani, dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman.

Keduanya dikabarkan mendiskusikan bagaimana menyelesaikan persoalan diplomatis yang telah dimulai pada Juni lalu. Namun, harapan akan penyelesaian ketegangan itu hanya bertahan sesaat, setelah Arab Saudi membatalkan semua dialog dengan Qatar, dan menuduh negara tersebut telah "mendistorsi sejumlah fakta."

Arab Saudi, bersama Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir, menuding Qatar mendukung kelompok ekstrimis Islam. Tudingan itu dibantah oleh Doha.

Awdah adalah ulama kedua dikabarkan ditangkap petugas Saudi sepanjang pekan terakhir. Sejumlah laporan di media sosial mengatakan, bahwa Awad al-Qarni, ulama berpengaruh lain yang punya pengikut sebanyak 2,2 juta di Twitter, juga ditangkap dari rumahnya di Abha, kawasan selatan Arab Saudi.

Sebagaimana Awdah, Qarni juga menyuarakan dukungan untuk rekonsiliasi antara negara-negara Arab dengan Qatar.

Pejabat Saudi belum menanggapi laporan penangkapan dua ulama tersebut. Keluarga Saud memang selalu menganggap, kelompok Islam sebagai ancaman internal terbesar terhadap kekuasaan mereka di negara yang sangat sensitif terhadap persoalan agama tersebut. Selain itu, Arab Saudi juga tengah kerepotan dengan kelompok ekstrimis yang menyasar negara.

Pada satu dasawarsa lalu, Arab Saudi memburu gerilyawan Al Qaeda yang melakukan serangan teror yang menewaskan ratusan orang dengan target pejabat negara. Sementara itu, pada 1990-an, kelompok Sahwa, yang mendapat inspirasi dari Ikhwanul Muslimin, menuntut reformasi politik yang akan memperlemah kekuasaan keluarga Saud.

Laporan penangkapan itu juga muncul bersamaan dengan praduga umum bahwa Raja Salman berniat mundur dan menyerahkan kekuasaannya kepada putra mahkota.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement