REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Swedia dan Inggris meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menggelar pertemuan terkait situasi di Rakhine, Myanmar yang terus memburuk.
Diplomat kedua negara menyatakan pertemuan akan digelar pada Rabu pekan ini. Permintaan gelar pertemuan ini muncul setelah awal pekan petinggi PBB menyatakan apa yang terjadi pada warga Rohingya di Myanmar merupakan contoh pembersihan etnis, demikian dilansir Reuters, Selasa (12/9).
Petugas khusus HAM PBB di Myanmar menyebut, kekerasan yang terjadi telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dimana sebagian besarnya merupakan etnis Rohingnya. Awal pekan ini, Dalai Lama juga akhirnya bersuara dan meminta pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi mengambil tindakan dan melakukan rekonsiliasi dengan semangat perdamaian.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada Dalai Lama membuatnya berpikir banyak orang kesulitan merajut kembali hubungan baik setelah apa yang menimpa Muslim di Myanmar dimana negera ini dikenal sebagai negara Buddha. Selama berabad-abad, minoritas Muslim Rohingya menghadapi persekusi di Myanmar dimana mereka dianggap imigran ilegal. Akibatnya, etnis Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan.
Namun, sejak konflik terakhir pecah pada 25 Agustus lalu, ratusan ribu warga Rohingya telah meninggalkan Myanmar menunju perbatasan Bangladesh. Mereka tak bisa bertahan di desa karena pembakaran oleh tentara Myanmar terus terjadi.