REPUBLIKA.CO.ID, TRENTON -- Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menghubungi langsung pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi melalui panggilan telepon, pada Rabu (13/9).
Ia menyampaikan keprihatinan mendalam atas penganiayaan terhadap Muslim Rohingya dan meminta Myanmar agar segera menghentikannya.
Panggilan telepon Trudeau ini dilakukan setelah 10 ribu warga Kanada menandatangani petisi online yang mendesak Trudeau untuk bertindak. Tandatangan petisi ini dikumpulkan hanya dalam waktu lima hari.
Petisi tersebut juga mendesak Trudeau untuk mencabut tanda kehormatan Kanada yang diberikan kepada Suu Kyi. Kanada menganugerahkan tanda kehormatan pada 2007 atas perjuangannya untuk membawa kebebasan dan demokrasi ke Myanmar.
"Hari ini saya berbicara dengan Aung San Suu Kyi untuk menyampaikan keprihatinan mendalam Kanada terhadap Muslim Rohingya di Myanmar," ujar Trudeau, dikutip Anadolu.
Dalam sebuah pernyataan tertulis, Trudeau mengatakan dia telah mendiskusikan tentang kebutuhan untuk membela dan melindungi hak semua minoritas, bersama Suu Kyi.
Dia kemudian menambahkan, ada kebutuhan mendesak bagi pemimpin militer dan sipil Myanmar untuk mengambil sikap yang kuat untuk mengakhiri kekerasan, melakukan perlindungan warga sipil, dan memberikan akses tanpa hambatan untuk PBB serta organisasi kemanusiaan internasional.
Trudeau juga menjanjikan dukungan Kanada untuk membantu membangun masyarakat yang damai dan stabil di Myanmar. Namun pernyataannya tidak menyertakan reaksi Suu Kyi atas seruan Trudeau agar mengakhiri kekerasan terhadap Rohingya.