REPUBLIKA.CO.ID,Sebanyak 15 kapal nelayan Cina yang memuat ribuan ekor ikan hiu yang sudah dibekukan ditangkap di perairan Timor-Leste dalam sebuah operasi bersama antara polisi setempat dan kelompok aktivis Sea Shepherd.
Pemimpin kampanye Timor-Leste dari LSM Sea Shepherd, Gary Stokes, menjelaskan kapal mereka Ocean Warrior telah membantu petugas Kepolisian Nasional Timor-Leste (PNTL) melakukan penyergapan pada hari Sabtu (9/9/2017) pekan lalu.
"Kami menemukan ribuan ekor ikan hiu di setiap kapal," katanya kepada ABC Australia. "Mereka memasang jaring insang bawah yang pada dasarnya memberat ke dasar laut."
"Mereka seakan menangkap ikan, namun sangat jelas bahwa mereka hanya mencari ikan hiu," jelas Stokes.
Direktur Sea Shepherd Global untuk wilayah Asia, Gary Stokes, menunjukkan hiu di palka salah satu kapal ikan asal China. (Foto: Kiriman/Jackson Frauenfelder/Sea Shepherd)
Menurut Stokes, kapal Ocean Warrior saat ini berpatroli di dekat Vernasse untuk memastikan kapal-kapal Cina tersebut tidak meninggalkan perairan Timor-Leste.
"Timor Leste merupakan negara yang sangat miskin. Mereka sama sekali tidak memiliki aset Angkatan Laut, tidak memiliki kapal patroli, tidak memiliki kapal perang yang berpatroli di perairan mereka," katanya.
"Kapal-kapal (Cina) ini pada dasarnya semau-maunya sendiri melayari perairan mereka (Timor) dan mengambil apapun yang mereka inginkan," tambahnya.
Sebelumnya dilarang di Indonesia
Kapal-kapal Cina yang dimiliki oleh perusahaan Pingtan Marine Enterprise tersebut, beroperasi dengan lisensi dari Kementerian Pertanian dan Perikanan Timor Leste, yang akan berakhir pada bulan November tahun ini.
Perusahaan tersebut terdaftar di NASDAQ Amerika Serikat dan sebelumnya telah dilarang beroperasi di wilayah perairan Indonesia.
Staf Sea Shepherd mendokumentasikan hiu-hiu tangkapan. (Foto: Kiriman Jake Parker/Sea Shepherd)
Fundasaun Mahein, sebuah LSM yang peduli dengan isu kebijakan keamanan maritim di Timor Leste, menyatakan bahwa lisensi penangkapan ikan telah diberikan kepada entitas lain yang terkait Pingtan Marine Enterprise, yaitu Hong Long Fisheries.
"Hal ini terjadi beberapa bulan yang lalu dan sekarang telah terjadi lagi," kata Direktur Eksekutif Fundasaun Mahein, Maetin Nelson Belo.
"Sejak saat itu pemerintah membuat pernyataan, namun mereka belum menerapkannya. Kami meminta pemerintah untuk menanganinya dengan serius," katanya.
Belo mengatakan bahwa Timor Leste harus segera menangguhkan lisensi untuk kapal-kapal nelayan asal Cina.
"Perusahaan ini ditangguhkan oleh Pemerintah Indonesia dan tidak diizinkan masuk ke perairannya," katanya. "Mengapa orang Timor memiliki kontrak dengan perusahaan ini?" jelas Belo.
Hiu-hiu tangkapan dalam jumlah besar yang telah dibekukan. (Foto: Kiriman Jake Parker/Sea Shepherd)
Pihak berwajib Timor Leste memeriksa 15 kapal tersebut pada bulan Februari, setelah sebuah video dari kantor berita Portugal Lusa menunjukkan ikan-ikan hiu yang dimuat di kapal tersebut.
Inspeksi itu menemukan lebih dari 40 ton ikan hiu, yang menurut Pemerintah bertentangan dapat dengan hukum Timor Leste dan persyaratan perizinan penangkapan ikan.
"Pemerintah akan mengikuti proses hukum untuk memastikan pemegang lisensi melakukan koreksi," kata juru bicara pemerintah saat itu.
Pertemuan darurat
ABC mendapatkan informasi bahwa Pemerintah Timor Leste mengadakan "pertemuan darurat" membahas tangkapan ikan hiu ini pada hari Rabu (13/7/2017). Menteri Pertanian dan Perikanan Estanislau da Silva juga telah dihubungi ABC untuk diminati komentar.
Perdana Menteri Timor-Leste yang baru diperkirakan akan dilantik pada hari Jumat hari ini, kemungkinannya dijabat Mari Alkatiri yang dalam koalisi antara Partai Fretilin dan Partai Demokrat.
Setelah mengejar 15 kapal penangkap ikan asal China selaam dua minggu, kapal Ocean Warrior berhasil menemukan mereka 150 km di perairan selatan Timor Leste. (Foto: Kiriman Jake Parker/Sea Shepherd)
Negosiasi mengenai komposisi kabinet pemerintahan baru Timor Leste telah berlangsung sejak pemilihan parlemen negara itu pada bulan Juli.
Menurut Karen Edyvane dari Universitas Charles Darwin, lisensi penangkapan ikan berskala besar yang tidak terpantau dapat membahayakan keamanan pangan Timor Leste dan mengembangkan industri pariwisata bahari.
"Timor Leste sangat membutuhkan ikannya untuk kebutuhan makanan mereka sendiri," kata profesor tamu di Universitas Nasional Timor Leste ini.
"Sebagai salah satu negara yang paling kekurangan pangan dan kekurangan gizi di dunia, meningkatkan pasokan domestik makanan laut dan mengembangkan perikanan domestik Timor Leste merupakan prioritas nasional," katanya.
"Perikanan ilegal dalam skala industri, bisa menghapus sumber daya kritis ini hanya dalam beberapa tahun," jelas Prof Edyvane.
Pihak Pingtan Marine Enterprise telah dihubungi untuk dimintai komentar.
Diterbitkan Jumat 15 September 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia di sini.