REPUBLIKA.CO.ID, CHITTAGONG -- Duta Besar Indonesia untuk Bangladesh Rina P Soemarno mengatakan, bahwa terjadi kericuhan di kamp penampungan etnis Rohingya yang berada di Kutupalong, Cox's Bazar. Kericuhan ini diakibatkan adanya rebutan makanan antarpengungsi.
Rina menjelaskan, dari informasi yang didapat ada perwakilan dari salah satu organisasi negara yang tengah membagikan makanan di kamp tersebut. Ketika pembagian terdapat kericuhan karena ada pengungsi yang tidak mendapatkan jatah makanan. "Sekarang kondisi di sana sedang ricuh karena masalah tadi (pembagian makanan)," ujar Rina, Jumat (15/9).
Dengan kondisi ini, aparat keamanan yang berada di kamp dan sekitarnya tidak memperbolehkan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat Rohingya untuk masuk ke area pengungsi. Bantuan ini ditahan karena ditakutkan kericuhan akan timbul kembali.
Kondisi ini pun membuat tim yang akan diberangkatkan ke Cox'z Bazar dan Kamp Kutupalong harus gigit jari. Sebab, mereka belum pasti mendapatkan izin masuk ke sekitar kamp pengungsian. Padahal keberangkatan ini terkait dengan assesment yang akan dilakukan untuk mengirim bantuan berupa barang dan personil untuk bersiaga di tempat pengungsi Rohingya.
Direktur Cepat Tanggap Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Junjungan Tambunan mengatakan, BNPB bersama tim advance sebenarnya sangat ingin segera masuk ke Cox's Bazar maupun kamp Kutupalong untuk melihat secara langsung kondisi masyarakat Rohingya di sana. Namun, dari informasi yang didapat bahwa terdapat kericuhan di area tersebut maka keberangkatan tim ini pun bisa tertunda.
Junjungan menilai bahwa keamanan untuk keberangkatan ke daerah tersebut bisa jadi membahayakan tim. Sebab, belum ada jaminan secara resmi dari pihak keamanan setempat terkait kericuhan kali ini. "Kita sebenarnya mengharapkan bisa merasa, melihat dan mendengar langsung kondisi yang ada di tempat pengungsian," ujarnya.
Kejadian ini pun membuat pihak kedutaan besar Republik Indonesia (KBRI) belum menyarankan agar tim bisa segera berangkat ke Cox's Bazar. KBRI pun saat ini masih melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah Bangladesh.
Kondisi ini juga membuat alur barang bantuan yang sudah ada di Bandara Shah Amanat, Chittagong, masih tertahan. Pemberangkatan bantuan masih menunggu kabar dari militer atau pihak keamanan Bangladesh.
Letkol Kesehatan Kasubbidsiapdikkes Biddukkes Puskes TNI Dr Mintoro Sumego MS yang masuk dalam tim advance menjelaskan bahwa pihaknya berharap bisa segera masuk ke kawasan pengungsi Rohignya. Tim kesehatan ingin sesegera mungkin mendeteksi kondisi kesehatan masyarakat di sana. "Kita ingin lihat keadaan kesehatan. Dari sana kan bisa dilihat ada penyakit seperti apa sehingga bisa dicocokan dengan obat yang akan dibawa atau dibeli di sini," kata Mintoro.
Pihaknya juga sudah menyiapkan tim kesehatan di Jakarta dengan jumlah cuku banyak jika memang sewaktu-waktu pemerintah Bangladesh mengizinkan bantuan ini masuk maka perawat akan langsung diterbangkan ke sini.