Sabtu 16 Sep 2017 15:33 WIB

PBB: Belum Ada Tanda Gelombang Pengungsi Rohingya Surut

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Andi Nur Aminah
Anak-anak pengungsi Rohingya belajar di madrasah, di Karachi, Pakistan, Kamis, (14/9).
Foto: AP/ Fareed Khan
Anak-anak pengungsi Rohingya belajar di madrasah, di Karachi, Pakistan, Kamis, (14/9).

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB (IOM)mengatakan belum ada tanda-tanda gelombang pengungsi Rohingya yang memasuki Bangladesh akan berakhir. Saat ini telah tercatat sekitar 400 ribu pengungsi Rohingya, termasuk 36 ribu bayi, telah tiba di zona perbatasan Bangladesh.

"Belum ada tanda bahwa aliran pengungsi ini akan surut. Sebab asap dari desa-desa yang terbakar di negara bagian Rakhine masih terlihat jelas dari distrik Cox's Bazar," ungkap juru bicara IOM Joel Millman, seperti dilaporkan laman Anadolu Agency, Sabtu (16/9).

Kendati demikian, ia cukup bersyukur atas kesigapan sejumlah pemerintah untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi Rohingyadi di Bangladesh. Millman mengatakan negara-negara Muslim termasuk yang pertama memberikan bantuan kepada pengungsi yang kondisinya cukup rentan.

Millman menerangkan, pemerintah Bangladesh dan pemerintah asing, termasuk Turki, Indonesia, dan Malaysia, serta lembaga bantuan di lapangan kini berlomba melawan waktu untuk menyalurkan makanan, tenda, sanitasi, kesehatan, dan layanan lainnya yang dibutuhkan oleh para pengungsi yang baru saja tiba.

Juru bicara UNICEF Marixie Mercado mengungkapkan terdapat sekitar 36 ribu bayi Rohingya dan 92 ribu balita yang telah tiba di Bangladesh. Menurut juru bicara badan pengungsi PBB UNHCR Andrej Mahecic, ini merupakan gambaran malapetaka dan salah satu krisis pengungsi tercepat dalam beberapa tahun terakhir.

Desakan terhadap Pemerintah Myanmar untuk segera menghentikan kekerasan terhadap etnis Rohingya masih disuarakan oleh dunia. Kendati demikian, memang belum ada tindakan riil dan berdampak signifikan dari Myanmar untuk menyelesaikan krisis ini. Kamran

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement