Sabtu 16 Sep 2017 17:33 WIB

CC4R: Etnis Rohingya akan Lenyap dari Myanmar Jika Dibiarkan

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Endro Yuwanto
Seorang anak laki-laki Bangladesh berjalan menuju kapal saat asap terlihat dari seberang perbatasan di Myanmar, di Shah Porir Dwip, Bangladesh. Menggambarkan kekerasan sedang berlangsung di Myanmar dan menunjukkan banyak rumah Rohingya yang dibakar, Kamis (14/9).
Foto: AP
Seorang anak laki-laki Bangladesh berjalan menuju kapal saat asap terlihat dari seberang perbatasan di Myanmar, di Shah Porir Dwip, Bangladesh. Menggambarkan kekerasan sedang berlangsung di Myanmar dan menunjukkan banyak rumah Rohingya yang dibakar, Kamis (14/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Crisis Center for Rohingya (CC4R) Sukamta menilai, jika pembersihan etnis di Myanmar terus terjadi, etnis Rohingya akan lenyap dari sana. Apabila dibiarkan, kesalahan ada pada dunia atas hilangnya etnis tersebut.

"Tahun depan bisa habis. Kami minta Pemerintah RI lebih menekan lagi Pemerintah Myanmar menghentikan genosida dan meminta dunia internasional melakukan tekanan yang kuat. Kalau tidak, dunia akan bersalah atas hilangnya etnis Rohingya dari Myanmar," ujar Sukamta pada Aksi Bela Rohingya di Jakarta berdasarkan keterangan persnya, Sabtu (16/9).

Menurut Sukamta, tindakan Pemerintah Myanmar tidak kunjung berubah hingga saat ini. Kendati demikian, ia tetap mengapresiasi langkah Pemerintah Indonesia yang telah melakukan soft diplomacy terhadap Myanmar.

"Kami apresiasi pemerintah, tapi pengusiran harus segera dihentikan terlebih dahulu. Perlu tegaskan kapan solusi 4 Plus 1 segera dimulai, bagaimana roadmapnya untuk menuju suasana damai dan aman," jelas Sukamta.

Sebelumnya, tragedi pembersihan etnis Rohingya di Myanmar saat ini dinilai sebagai tragedi kemanusiaan yang terburuk setelah Perang Dunia II (PD II). Karena itu, tekanan keras dunia internasional untuk Myanmar dianggap harus segera dilakukan.

"Tragedi yang terjadi di Rakhine State bukan hanya diskriminasi, melainkan genosida atau pembunuhan massal. Orang diusir dengan cara rumahnya dibakar, ditembaki, begitu pergi ditanami ranjau sehingga tak bisa kembali," kata Sukamta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement