REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Bandara Brussels, Belgia mendeportasi seorang wanita Denmark yang mengenakan niqab. Menurut seorang pejabat Belgia, wanita tersebut diduga menolak melepaskan niqabnya yang mengakibatkan polisi tidak dapat mengidentifikasi dirinya.
Dilansir dari Aljazirah, Sabtu (16/9), Theo Francken, Sekretaris Negara Belgia untuk Suaka dan Migrasi, mengonfirmasi kejadian tersebut pada hari Sabtu di akun Twitter resminya.
"Seorang warga Denmark yang berasal dari Tunis menolak melepaskan niqabnya di perbatasan kita Polisi tidak dapat mengidentifikasi dia dan dia dikirim kembali ke Tunis," tulis Francken.
Francken tidak menjelaskan secara rinci identitas wanita tersebut. Ia menjelaskan, pejabat Belgia telah menginformasikan kepada pejabat Denmark terkait insiden ini.
Sebuah Undang-Undang yang melarang perempuan mengenakan jilbab penuh, niqab, dan burqa, yang juga mencakup mata, mulai berlaku di Belgia pada tanggal 23 Juli 2011. Wanita yang mengenakan cadar di depan umum dikenai denda dan bisa menghadapi hukuman tujuh hari penjara di negara tersebut.
Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa (ECHR) yang merupakan pengadilan hak asasi manusia teratas di Eropa, mendukung larangan Belgia tersebut. Mereka menolak sebuah keluhan oleh dua wanita Muslim yang memakai niqab.
Pengadilan yang berbasis di Strasbourg mengatakan bahwa Undang-Undang tersebut tidak bersifat diskriminatif dan tidak melanggar hak untuk menghormati kehidupan pribadi dan keluarga, atau kebebasan beragama.