REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk pertama kalinya memberikan pidato mengenai ancaman nuklir Korea Utara (Korut) di hadapan PBB. Badan dunia nampaknya sangat antusias untuk mendengar pernyataan yang diberikan pada Selasa (18/9).
Dalam pidato itu, perwakilan negara-negara, termasuk diplomat dari Korut akan duduk di barisan depan Majelis Umum PBB. Di tengah ancaman nuklir yang semakin meningkat, Trump mengingatkan bahwa AS tak akan segan dalam melakukan tindakan militer.
"Ini bukanlah masalah hanya antara AS dan Korut, tetapi antara dunia dan negara itu," ujar penasihat keamanan nasional AS, Hr McMaster, dilansir The Telegraph, Senin (18/9).
Korut telah berulang kali memicu kemarahan internasional atas serangkaian uji coba rudal dan perangkat nuklir yang dilakukan. Sebelumnya, pada 3 September negara yang dipimpin Kim Jong-un itu juga melakukan tes terbaru dari bom hidrogen yang disebut dirancang untuk ditempatkan di dalam Peluru Kendali Balistik Antar Benua (ICBM).
Selama ini, Korut mengatakan pengembangan program nuklir merupakan alat pertahanan utama. Namun, sejumlah negara di kawasan Semenanjung Korea khususnya Korea Selatan (Korsel) dan Jepang terus merasa khawatir karena menjadi ancaman utama serangan rudal dan senjata berbahaya lainnya.
Dewan Keamanan PBB telah memberikan sanksi terhadap negara itu yang pertama kali dilakukan pada 2006. Kemudian, dewan juga mengeluarkan sebuah resolusi untuk memberlakukan sanksi ekonomi pada 5 Agustus yang membuat pendapatan ekpor yang dimiliki negara terisolasi itu dapat berkurang hingga 3 miliar dolar AS.
Resolusi yang dirancang oleh AS saat itu juga telah membuat tidak diizinkannya ekspor sejumlah barang tambang diantaranya batu bara, besi, dan bijih besi dari Korut. Kemudian, makanan laut juga tidak diperbolehkan untuk diekspor dari negara itu. Tak ketinggalan, jumlah pekerja dari mereka yang bekerja di luar negeri tidak lagi dapat ditambah.
Kemudian yang terbaru, Dewan Keamanan PBB telah mengadopsi resolusi kesembilan untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terbaru terhadap Korut. Sejumlah ketentuan di dalamnya akan membuat impor minyak negara itu berkurang serta adanya larangan setidaknya 90 persen ekspor tekstil yang mereka lakukan.
Meski seluruh resolusi sanksi PBB hingga yang terbaru saat ini telah dikeluarkan, Korut menegaskan bahwa pihaknya akan terus mengembangkan program nuklir. Negara itu juga mengancam akan menenggelamkan Jepang serta membuat AS menjadi abu sebagai pembalasan sanksi yang diberikan tersebut.
Pada 15 September, Korut menembakkan rudal balistik ke wilayah utara Jepang. berdasarkan laporan, senjata itu mencapai ketinggian sekitar 770 kilometer atau 478 mil. Jarak yang ditempuh adalah sekitar 3.700 kilometer.
Korut bahkan sebelumnya berencana untuk meluncurkan rudal ke wilayah Guam, AS pada pertengahan Agustus lalu. Namun, Kim Jong-un mengatakan terlebih dahulu hendak mengawasi tindakan AS untuk mencegah bentrokan militer berbahaya.