REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara mengancam akan mempercepat program nuklirnya jika terus menerus mendapatkan sanksi internasional. Korut memperingatkan, semakin banyak sanksi yang dibuat Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, semakin cepat Korut akan menyelesaikan program nuklirnya.
Hal ini menurut kantor berita resmi KCNA seperti dilansir RT, Senin, (18/9)."Sanksi terakhir kepada Korut merupakan tindakan bermusuhan yang paling kejam, tidak etis, dan tidak berperikemanusiaan untuk secara fisik memusnahkan rakyat Korea Utara, apalagi sistem dan pemerintahannya," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Korut.
Sanksi PBB terbaru mencakup pembatasan pasokan minyak mentah ke Korut dan pengurangan komoditas lainnya. PBB juga melarang impor tekstil. Sanksi tersebut diberlakukan setelah Korut melakukan uji coba nuklir keenam dan paling kuat awal bulan ini.
Presiden AS Donald Trump menertawakan pemimpin Korut Kim Jong-un pada hari Ahad dan memanggilnya Rocket Man. Trump mengejek dengan mengatakan, antrian gas yang panjang terjadi di Korut sebagai akibat dari sanksi tersebut. Saat Trump menyampaikan pesan keras kepada Kim, Moskow dan Beijing telah memperingatkan semua pihak untuk menghindari eskalasi yang tidak perlu.
Kepala Majelis Tinggi Rusia untuk Hubungan Internasional mengatakan, Moskow tidak dapat mengizinkan AS atau negara manapun untuk memprovokasi Korut dalam sebuah konflik militer. Sebab hal itu dapat berarti penggunaan senjata pemusnah massal di dekat perbatasan negara tersebut.