Selasa 19 Sep 2017 13:48 WIB

PM Bangladesh: Apa yang AS Bisa Lakukan untuk Rohingya?

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Bangladesh Syekh Hasina.
Foto: thedailystar.net
Perdana Menteri Bangladesh Syekh Hasina.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perdana Menteri (PM) Bangladesh Sheikh Hasina sempat membicarakan masalah gelombang pengungsi Rohingya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York, Senin (18/9).  Kendati demikian, Hasina mengaku, tak mengharapkan bantuan apa pun dari Trump untuk mengatasi krisis pengungsi di negaranya.

Hasina mengatakan, ketika Trump meninggalkan sebuah acara yang diselenggarakan di sela-sela sidang Majelis Umum PBB, Presiden sempat menyapa.

"Dia (Trump) hanya bertanya 'bagaimana Bangladesh?' Saya katakan baik-baik saja. Tapi, masalah yang kita hadapi adalah pengungsi dari Myanmar. Tapi, dia tidak berkomentar tentang pengungsi," katanya menerangkan.

Ia menilai, sikap diam Trump terhadap kondisi pengungsi Rohingya memang wajar. Hal ini tecermin dari kebijakannya yang melarang pengungsi Muslim untuk memasuki negaranya.

"Sudah AS nyatakan bahwa mereka tidak akan mengizinkan pengungsi. Apa yang bisa saya harapkan dari mereka dan terutama presiden. Dia sudah menyatakan pikirannya, jadi mengapa saya harus bertanya?" ujar Hasina.

Kendati demikian, ia mengaku siap bila harus menampung ratusan ribu pengungsi Rohingya. Bangladesh bukan negara kaya. "Tapi, bila kita bisa memberi makan 160 juta orang, 500 atau 700 ribu orang lagi kita bisa melakukannya," ucapnya.

Sebelumnya Hasina telah menyatakan keprihatinannya menyaksikan kondisi pengungsi Rohingya yang kini hidup terkatung-katung di zona perbatasan Bangladesh. Ia pun mengatakan, Myanmar harus bisa menerima mereka kembali di negaranya.

(Aung San Suu Kyi) harus sepakat bahwa orang-orang ini (pengungsi Rohingya) adalah milik negaranya dan Myanmar adalah negara mereka. Myanmar harus membawa mereka kembali. "Orang-orang ini menderita," kata Hasina beberapa waktu lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement