REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Dalam Negeri Inggris Theresa May mengumumkan, Inggris, menangguhkan pelatihan militer Myanma terkait perlakuan terhadap Muslim Rohingya. Inggris mengakhiri semua keterlibatan militer Burma (sebutan Inggris untuk Myanmar) sampai tindakan militer terhadap warga sipil di Rakhine berhenti.
Seperti dilansir dari The Guardian, Theresa May mengaku mendapat tekanan menghentikan program itu sejak ada tudingan militer menggerakkan ratusan ribu orang Rohingya ke Bangladesh.
"Kami sangat prihatin dengan apa yang terjadi pada orang Rohingya di Burma. Tindakan militer terhadap mereka harus dihentikan," kata May, Selasa (19/9).
Ia mengatakan Inggris melihat banyak orang berupaya menyelamatkan diri. Pun ia meminta Aung San Suu Kyi dan pemerintah Burma memperjelas penghentian tindakan militer terhadap warga sipil.
Menurutnya, pemerintah Inggris tidak menarget batas waktu penghentian pelatihan militer itu. Ia meminta ada penyelesaian terhadap permasalahan Rohingya.
Disinggung adanya desakan dari dunia internasional, May beralasan ada kekhawatiran terhadap isu Rohingya. Ia mengatakan penghentian pelatihan militer juga merupakan bentuk kepedulian terhadap Rohingya.
"Kita akan menghentikan semua keterlibatan dan pelatihan pertahanan militer Burma oleh Kementerian Pertahanan sampai masalah ini diselesaikan dengan memuaskan," tutur May.