REPUBLIKA.CO.ID, ZAMBOANGA CITY - Amerika Serikat (AS) telah menagguhkan pengiriman ribuan senjata api untuk kepolisian Filipina. Deputi Direktur Jenderal Archie Francisco Gamboa dari kepolisian Filipina mengatakan, ada sekitar 27 ribu senapan serbu yang telah siap kirim ke Filipina.
Penangguhan pengiriman disebabkan karena tidak dikeluarkannya izin oleh Departemen Luar Negeri AS. Hal ini berkaitan dengan adanya dugaan pembunuhan di luar proses hukum dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dalam memerangi narkoba.
"Departemen Luar Negeri AS belum memberikan izin ekspor. Itu sebabnya kami mempertimbangkan pembukaan spesifikasi ke platform lain sehingga negara lain bisa ikut dalam penawaran," kata Gamboa, dikutip Anadolu.
Gamboa menjelaskan, Manila belum membayar pembelian senapan itu. Namun anggaran untuk akuisisi tersebut telah dialokasikan.
Senator Filipina Joseph Victor Ejercito mengatakan penangguhan itu tidak menjadi masalah karena Washington bukan satu-satunya pihak yang memasok senjata. Menurutnya, negara lain juga mampu memasok peralatan yang lebih baik.
Setelah kematian sedikitnya 7.000 orang dalam kampanye narkoba Duterte, Senator AS Benjamin Cardin dari Maryland telah mengancam akan memblokir penjualan senjata tertentu dari AS ke Kepolisian Filipina. Hal ini dilakukan sebagai konsekuensi dari tindakan sewenang-wenang Duterte.