REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Otoritas pendudukan Israel berencana untuk meningkatkan kepemilikan senjata api di antara pemukim Yahudi dalam upaya untuk menghadapi dugaan serangan oleh orang-orang Palestina.
Dilansir dari Middle East Monitor, Rabu (20/9), Menteri Keamanan Publik Gilad Erdan berkampanye untuk perluasan sistem yang memungkinkan pemukim memiliki akses senjata dan senapan yang lebih besar untuk menghadapi serangan tunggal dari orang-orang Palestina.
Ini akan memungkinkan orang-orang Israel yang secara militer dilatih untuk menembak orang-orang Palestina dengan dalih bahwa mereka akan melakukan serangan. Senjata api sudah lazim di kalangan pemukim. Mantan pejabat tinggi militer diizinkan untuk membawa persenjataan dan kamp musim panas di Israel juga telah dikenal untuk mengajar anak-anak cara menggunakan senapan.
Pejabat pemerintah sering mendorong pemukim yang memiliki senjata legal untuk membawa senjata tersebut ke tempat umum dan, pada tahun 2015 pemerintah mendorong orang Israel untuk menembak daripada menangkap tersangka orang-orang Palestina. Pernyataan ini banyak dikritik oleh kelompok hak asasi manusia Israel.
Israel sering dituduh mengubah budaya senjata dengan membiarkan warga Yahudi bertindak tanpa hukuman dalam menggunakan senjata api, sebuah tren yang oleh orang Palestina disebut sebagai hasutan.
Sebuah jajak pendapat tahun 2015 menemukan bahwa lebih dari separuh warga Israel mendukung pembunuhan di luar hukum terhadap orang-orang Palestina yang dituduh melakukan serangan di tempat kejadian, bahkan setelah penangkapan mereka. Sebuah laporan oleh Human Rights Watch awal tahun ini juga menemukan bahwa perwira militer senior telah mempromosikan praktik semacam itu di lapangan, terlepas dari apakah orang-orang Palestina menimbulkan ancaman bagi kehidupan.