REPUBLIKA.CO.ID, RAKHINE -- Polisi Myanmar terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan untuk membubarkan masa yang mencoba mencegah bantuan sampai kepada Muslim Rohingya di utara Rakhine. Ratusan massa mencoba menggagalkan relawan kemanusiaan memuat 50 ton bantuan ke sebuah kapal di ibu kota Rakhine, Sittwe, pada Rabu (20/9) petang.
Sekitar 200 polisi dilaporkan bentrok dengan massa yang bersenjatakan tongkat, papan logam, dan bom minyak yang mereka lemparkan ke arah polisi. Seperti dilaporkan ABC News, Kamis (21/9), delapan orang ditahan pascabentrokan. "Orang-orang mengira bantuan ditujukan untuk etnis Bengal," kata Menteri Dalam Negeri Myanmar, Tin Maung Swe kepada Reuters.
Sekitar 400 ribu Muslim Rohingya kini telah mengungsi dari utara Myanmar menyusul serangan militer terhadap kelompok pemberontak pada 25 Agustus. Sebanyak 400 pemberontak dilaporkan tewas. Aksi militer Myanmar itu telah menuai kecaman dunia internasional yang menduga adanya kejahatan kemanusian termasuk upaya pembersihan etnis di Rakhine.
Negara Bagian Rakhine menolak kewarganegaraan etnis Rohingya dan malah menuduh mereka sebagai warga negara ilegal. Rohingya tidak diakui sebagai ras resmi di Myanmar. Sekitar 40 persen dari populasi Rohingya yang tinggal di Rakhine kini telah mengungsi ke Bangladesh.