Jumat 22 Sep 2017 20:32 WIB

Budaya Pelecehan Seksual Terungkap di James Cook University

Rep: Kristian Silva/ Red:
abc news
abc news

Budaya perilaku predator, pelecehan dan budaya menutupi ditemukan di kampus James Cook University (JCU) di Queensland Utara, Australia. Demikian terungkap dalam laporan penyelidikan pelecehan seksual di kampus JCU di Townsville dan Cairns.

Penyelidikan dilakukan oleh mantan komisaris diskriminasi seksual Elizabeth Broderick, menyertakan bukti dari 145 orang dan tanggapan dari 833 mahasiswa JCU yang berpartisipasi dalam survei mengenai kekerasan seksual di kampus.

Seorang korban mengaku diminta oleh seorang koordinator universitas untuk berbicara dengan pelaku guna "memastikan bahwa hal itu merupakan perkosaan", sementara yang lain mengatakan bahwa mereka telah diintimidasi untuk diam.

"Tanggapan dekan kami... kepada kami saat kami mengajukan hal ini sepertinya sebaiknya didiamkan," katanya.

"Mereka prinsipnya menekan untuk tutup mulut," kata seorang mahasiswi.

Seorang mahasiswi lain yang mengaku direkam tanpa sepengetahuannya dalam sebuah ritual kampus yang dikenal sebagai "quad cricket".

"Mahasiswi punya dua pilihan: mereka bisa berkeliling sebagai gadis bikini dan menyajikan sandwich dan bir kepada mahasiswa, atau mereka bisa melakukan apa yang disebut tarian pelacur dan mereka menari dengan mengenakan pakaian dalam saja," kata seorang mahasiswi.

Rektor UJC Profesor Sandra Harding mengatakan bahwa universitas tersebut akan menerapkan semua rekomendasi laporan dari Broderick.

Former sex discrimination commissioner Elizabeth Broderick presents at a lectern at James Cook University
Rektor James Cook University Sandra Harding menyatakan temuan dari Broderick akan diterapkan di lingkungan kampus.

ABC News: Rhea Abraham

Rekomendasi itu termasuk pendekatan institusional untuk mencegah dan merespons serangan seksual, memperbaiki layanan dukungan dan pelatihan wajib bagi staf dan mahasiswa.

"Ini laporan yang sangat teliti dan mendalam. Beberapa cerita yang disampaikan oleh mereka yang diwawancarai sangat jujur. Tuduhan yang mereka angkat sangat mengganggu," kata Prof Harding.

Pada bulan Januari, terungkap bahwa JCU mempromosikan petugas penelitian Douglas David Steele ke penasihat akademis untuk Aboriginal and Torres Strait Islander Centre, setelah dia dikenai hukuman karena pemerkosaan di tahun 2015 terhadap seorang wanita Townsville.

Douglas David Steele's Tinder profile says he enjoys
Douglas David Steele mengaku bersalah dalam kasus pemerkosaan tahun 2015.

Supplied: Tinder

Steele mengaku bersalah pada bulan September tahun lalu, namun tetap bertahan selama tiga bulan di JCU. Dia kemudian dipenjara selama dua tahun, dan diskors setelah empat bulan.

Pejabat rektor tersebut mengakui "kegagalan proses internal kami", dengan menyatakan mereka yang mengetahui tentang pengakuan bersalah tersebut tidak melaporkannya ke staf universitas yang sesuai.

'Budaya maskulin yang dominan'

Laporan Broderick menemukan meski wanita memegang posisi senior di universitas, namun ada "budaya maskulin dominan" dimana terjadi "normalisasi seksisme sehari-hari". Dalam beberapa kasus, menurut saksi yang diwawancara, staf universitas menggunakan posisi mereka untuk memanfaatkan mahasiswa.

"Kami memiliki seorang tutor yang bersikeras agar mahasiswi harus melepas pakaian atas mereka untuk menandai di kelompok otot di tubuh mereka sendiri. Tapi kami sudah melapor ke dosen, yang mengatakan bahwa mahasiswi bisa melakukannya pada boneka. Namun tutor itu sangat ngotot," kata seorang mahasiswi.

Masalah lainnya juga diidentifikasi di kalangan mahasiswa pasca sarjana. "Mahasiswa PhD sangat dirugikan jika pembimbingnya tidak punya niat murni. Eksploitasi mudah dilakukan jika seseorang ingin melakukannya," kata seorang staf pria.

Survei bertajuk Respect. Now. Always yang dilakukan selama periode 2015/16, menemukan 27 persen mahasiswa JCU yang berpartisipasi mengaku dilecehkan secara seksual di kampus atau saat bepergian ke dan dari universitas. Angka ini hanya satu persen lebih tinggi dari rata-rata nasional.

Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News di sini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement