REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik yang menimpa warga etnis Rohingnya di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, diharapkan tak dibawa ke ranah agama. Konflik ini diharapkan menjadi pelajaran bagi Indonesia untuk makin bersatu.
Ketua Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja menjelaskan, sejak 2012, NSI memagari bahwa konflik di Rakhine bukan konflik Buddha dengan Islam. Sebah usaha mendorong ke arah sana terus ada. Tapi makin hari, masyarakat makin dewasa dan paham ini masalah kemanusiaan.
Di Rakhine ada tindakan kekerasan. Tidak dimungkiri, di Myanmar 90 persen warganya adalah penganut Buddha. Rohaniawan dan yang mengaku rohaniawan Buddha yang berjubah dan kepala tidak berambut, ada juga yang tidak mewakili jubahnya.
Mereka, kata Suhadi, tidak mewakili Buddha karena ajaran Buddha tidak demikian. Bikku dan bikkuni yang baik di Myanmar pun banyak. ''Kejadian di Myanmar hendaknya membuat kita bersatu,'' kata Suhadi dalam penyampaian sikap tokoh lintas agama atas konflik Rakhine di Kantor PBNU, Jumat (22/9).
Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Uung Sendana menjelaskan, Matakin melihat tragedi ini keterlaluan. Kekerasan dan pembunuhan atas manusia tidak dibenarkan. Rohaniawan berbuat kekerasan tidak mencerminkan ajaran agamanya.
Kejadian Rakhine yang kebetulan Muslim dan pelakunya Buddha. Yang Matakin tahu ajaran Buddha tidak demikian. Bagi Indonesia, kejadian ini kasus kemanusiaan. ''Tapi jangan bawa kasus ini ke Indonesia karena tidak ada persoalan di sini,'' kata Uung.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj mengatakan, dunia dikagetkan dengan kejadian di Myanmar. Ini tragedi paling kejam di abad ke-21 karena korban anak-anak dan dewasa demikian banyak.
Pemimpin Myanmar Aung Suu Kyi yang dulu melawan militer dan kini berkuasa membiarkan kekerasan ini terjadi. ''Kami kecewa. Kami sepakat mengecam dan meminta PBB untuk cepat bertindak,'' ujar KH Said.
Pengungsi Rohingya terus bertambah dan tercatat sudah mencapai 420 ribu. Penyakit juga mulai menjangkiti pengungsi. KH Said mengaku heran bila ada yang mengaku Buddha tapi berlaku kejam. ''Pun Islam di mana ada sebagian yang memahami Alquran secara sempit,'' kata dia.