REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi pada Ahad (24/9), mengatakan, pengungsi Rohingya yang kini tinggal di perbatasan Bangladesh membutuhkan bantuan internasional yang besar.
Ia menilai bantuan kemanusiaan harus terus disalurkan untuk menopang kehidupan sekitar 436 ribu pengungsi.
Ketika mengunjungi tenda-tenda dan kemah pengungsi, Grandi mengaku sangat terkejut melihat kondisi di sana. "Saya dikejutkan oleh besarnya kebutuhan mereka. Mereka membutuhkan segalanya, membutuhkan makanan,air bersih, tempat berlindung, mereka juga memerlukan perawatan kesehatan yang tepat," ungkapnya seperti dilaporkan laman Aljazirah.
Ia mengatakan telah terjadi kedermawanan lokal yang cukup luar biasa untuk membantu pengungsi. Namun menurutnya kedermawanan dan bantuan tersebut belum memadai. Saat ini pengungsi Rohingya membutuhkan bantuanin ternasional, keuangan, dan material yang masif. "Itulah mengapa saya di sini,yakni untuk membantu pemerintah mengatur respons itu," ujar Grandi.
Pada Ahad (24/9), PBB memperkirakan setidaknya 436 ribu pengungsi Rohingya telah memasuki Bangladesh sejak pecahnya kekerasan di Rakhine,Myanmar, pada 25 Agustus. Namun Grandi mengatakan arus pengungsi mulai mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir.
Kendati demikian, ia tak memungkiri bahwa sewaktu-waktu gelombang pengungsi dapat melonjak kembali. Grandi pun mengatakan bahwa lembaganya siap menyediakan bantuan teknis untuk membantu Bangladesh mendaftarkan pengungsi Rohingya, yang oleh Myanmar dianggap sebagai imigran ilegal.
Bangladesh diketahui hanya mengakui sebagian kecil dari ratusan ribu pengungsi Rohingya yang tinggal di kamp-kamp di zona perbatasannya. Hal ini merujuk pada sisanya yang dianggap sebagai warga negara Myanmar yang tak berdokumen.
Oleh sebab itu, Bangladesh menghendaki dan mengupayakan agarpengungsi Rohingya tersebut nantinya kembali ke Myanmar. "Kami ingin Rohingyakembali ke tanah mereka sendiri," ujar menteri senior Bangladesh Amir HossainAmu.
Kendati demikian, sejak pekan lalu, Bangladesh mulaimenyediakan kartu identitas bagi para pengungsi Rohingya yang baru tiba di zonaperbatasannya dengan Myanmar. Bangladesh pun mendata biometrik mereka.