REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Badan pengungsi internasional mengatakan, jumlah pengungsi Rohingya yang tiba di Bangladesh dari Myanmar sejak 25 Agustus telah meningkat menjadi 480 ribu orang.Para pengungsi tersebut melarikan diri dari operasi militer Myanmar yang diluncurkan sebagai tanggapan terhadap serangan terkoordinasi oleh gerilyawan Muslim Rohingya pada 25 Agustus.
"Perubahan jumlah pendatang baru sebagian disebabkan oleh adanya tambahan 35 ribu pendatang baru yang menetap di dua kamp pengungsi, yang tidak dilaporkan dalam laporan situasi terakhir," kata Koordinasi Sektor Antar Grup Lembaga Bantuan dalam sebuah pernyataan yang dilansir News.com.au, Selasa, (26/9).
Sementara itu Human Rights Watch (HRW) mengatakan, Myanmar melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan meminta Dewan Keamanan PBB segera menjatuhkan sanksi. Badan pengungsi PBB meminta bantuan darurat untuk pengungsi dilipatgandakan.
Sebanyak 60 persen pengungsi yang membutuhkan bantuan adalah anak-anak. Seorang juru bicara pemerintah Myanmar menolak tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan, dengan mengatakan tidak ada bukti. Myanmar juga menolak tuduhan PBB bahwa pasukannya terlibat dalam pemusnahan etnis Muslim Rohingya dalam menanggapi serangan terkoordinasi oleh gerilyawan Rohingya pada pasukan keamanan pada 25 Agustus.
Pengungsi yang tiba di Bangladesh menuduh tentara dan warga Budha Myanmar mencoba mengusir Rohingya dari Myanmar yang mayoritas beragama Budha. "Militer Burma secara brutal mengusir Rohingya dari negara bagian Rakhine utara," kata James Ross, Direktur Hukum dan Kebijakan HRW yang berbasis di New York.
"Pembantaian penduduk desa dan pembakaran massal mendorong orang-orang Rohingya lari dari rumah mereka adalah kejahatan kemanusiaan," ujarnya