Kamis 28 Sep 2017 14:27 WIB

'Suu Kyi Dengarkanlah Seruan PBB'

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Aung San Suu Kyi
Foto: EPA/Nicolas Asfouri
Aung San Suu Kyi

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPIDAW -- Anggota Parlemen Inggris yang sekaligus menjadi menteri Asia dari Kementerian Luar Negeri negara itu, Mark Field meminta aktivis pro-demokrasi sekaligus penasihat negara Myanmar Aung San Suu Kyi untuk mendengarkan seruan PBB. Badan dunia telah mengingatkan agar kekerasan yang terjadi terhadap warga Rohingya dihentikan.

Field berpendapat kekerasan yang terjadi terhadap warga etnis minoritas itu di Rakhine dapat menggagalkan reformasi demokratis Myanmar. Ia yang bertemu dengan Suu Kyi di Ibu Kota Naypidaw berulang kali menekankan hal itu, sekaligus memberitahukan bahwa yang terjadi terhadap masyarakat Rohingya adalah bagian dari kejahatan kemanusiaan, maupun genosida dalam hukum internasional.

Selama ini warga Rohingya yang menjadi salah satu etnis minoritas Myanmar kerap menjadi korban kekerasan. Lebih dari 140 ribu di antaranya yang tewas sejak terjadi konflik yang tepatnya berlangsung di Rakhine, wilayah negara bagian tempat mereka kebanyakan menetap.

Situasi di Rakhine semakin memburuk dengan adanya kekerasan yang kembali berlangsung pada 25 Agustus. Saat itu, terdapat serangan terhadap 30 pos keamanan polisi di area perbatasan Myanmar dan Bangladesh.

Pasukan militer Myanmar mengatakan ada ratusan orang yang diyakini kelompok militan asal Rohingya membawa senjata dan menggunakan bahan peledak untuk menyerang. Pertempuran dengan penyerang kemudian terus berlanjut.

Tak hanya itu, tentara Myanmar kemudian juga melakukan operasi keamanan di desa-desa yang menjadi tempat tinggal penduduk dari etnis tersebut di sejumlah desa dan wilayah Rakhine.Situasi di wilayah negara bagian semakin memburuk dengan adanya laporan pembakaran desa-desa yang menjadi tempat tinggal warga Rohingya di sana.

Diperkirakan lebih dari 480 ribu orang yang melarikan diri dari Rakhine dan saat ini menjadi pengungsi di Bangladesh. Kemungkinan besar jumlah ini dapat terus meningkat, seiring dengan kekerasan yang hingga kini belum dapat dihentikan sepenuhnya.

"Ini adalah situasi yang mutlak tidak dapat diterima dan selama pertemuan dengan Suu Kyi, saya sangat menekankan perlunya Pemerintah Myanmar mendengarkan dan memperhatikan seruan Dewan Keamanan PBB," ujar Field yang juga melakukan kunjungan ke salah satu kamp pengungsi di Rakhine, dilansir The Telegraph, Kamis (28/9).

Dewan Keamanan PBB telah meminta agar situasi keamanan di Rakhine harus secepatnya dipulihkan. Pemerintah Myanmar juga diminta terus mengizinkan akses kemanusiaan datang ke wilayah negara bagian itu untuk memberi bantuan kepada banyak orang yang membutuhkan. "Sangat disayangkan kekerasan di Rakhine berisiko menggagalkan kemajuan demokrasi yang dicapai Myanmar dalam beberapa tahun terakhir," kata Field menambahkan.

Konflik yang terjadi di Rakhine pertama kali terdengar pada 2012 lalu. Saat itu, terjadi sebuah operasi militer yang dilakukan oleh tentara Myanmar di sejumlah desa yang ditempati oleh warga Rohingya di Rakhine.

Tindakan itu membuat lebih dari 120 ribu warga Rohinghya harus mengungsi di sejumlah kamp di Rakhine.Hingga kemudian kasus ini kembali mencuat pada Oktober 2016. Hal itu menyebabkan sekitar 70 ribu masyarakat etnis itu melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari operasi militer Myanmar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement