REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN -- Sedikitnya 11 orang tewas dalam serangkaian penembakan di Distrik Philippi, pinggiran kota Cape Town, Afrika Selatan, Sabtu (30/9) malam. Empat di antaranya tewas saat orang-orang bersenjata melepaskan tembakan di sebuah bar.
Polisi menemukan tiga korban tewas lainnya di luar bar. Setelah itu, empat orang lagi terbunuh di tempat lain di distrik tersebut.
Petugas polisi tambahan segera dikirim ke Philippi. Cape Town selama ini diketahui sebagai sebuah salah satu destinasi wisata, namun banyak terjadi kekerasan dan bentrokan bersenjata antara kelompok kriminal yang bersaing.
"Kami telah mengutus tim yang terdiri dari detektif spesialis, unit risiko tinggi, dan petugas intelijen," kata juru bicara polisi Cape Town, Novela Potelwa, kepada situs News 24.
"Kami sudah menjalankan operasi pencarian yang akan terus berlanjut sepanjang hari. Polisi melakukan yang terbaik untuk menangkap mereka yang bertanggung jawab."
Partai ANC yang berkuasa di Afrika Selatan, turut mengutuk penembakan tersebut. "Terlepas dari keadaan apa pun, pembunuhan massal ini adalah tindak pidana yang harus dihukum dengan menggunakan kekuatan penuh hukum kami," ujar juru bicara partai, Zizi Kodwa, dalam sebuah pernyataan, dikutip Arab News.
"Penjahat hidup di antara masyarakat kita. Jika masyarakat berdiri menjadi satu melawan momok ini, maka kita tidak akan terkalahkan," imbuh Kodwa.
Rata-rata ada 51 pembunuhan per hari terjadi di Afrika Selatan, menurut data resmi pemerintah yang dikeluarkan tahun lalu. Kejahatan dipandang sebagai isu utama yang menghambat kohesi sosial negara, pembangunan ekonomi, dan reputasi internasional terutama sebagai tujuan wisata.
Pekan lalu, 36 turis Belanda dirampok di sebuah bus dalam perjalanan ke hotel mereka setelah mendarat di Bandara Johannesburg untuk liburan selama tiga pekan.