Siapa pun bisa kehilangan pekerjaan mereka. Jadi jika itu terjadi pada anda, apa yang Anda lakukan? ABC berbicara kepada tiga orang yang mendapati dirinya menganggur untuk mengetahui bagaimana mereka mengatasi pengalaman tersebut.
Beberapa minggu yang lalu, kehidupan seorang warga bernama Ash Thorpe sangat menyenangkan. Dia pergi berlibur dan dalam perjalanan liburannya itu dia melamar pasangannya yang kemudian mengiyakan lamaran tersebut.
Saat kembali ke rumah, segala sesuatunya berubah menjadi buruk. "Ironisnya, saya terkena pengurangan karyawan (PHK), seminggu setelah kembali dari liburan, jadi sangat tidak terduga," kata Ash Thorpe.
Ash Thorpe bekerja sebagai manajer penjualan negara bagian untuk perusahaan alas kaki, dan ketika perusahaan tersebut mengubah cara bisnisnya di Australia, perannya tidak lagi dibutuhkan. "Saya telah bekerja untuk mereka selama 10 bulan, jadi kurang dari setahun saya tidak mendapat pesangon."
Setelah melewati PHK pertamanya, dia "merasa seperti orang dewasa".
"Ayah saya telah berkali-kali mengalami PHK sehingga dia mengatakan betapa mengerikannya rasanya sebagai orang yang tidak dibutuhkan dan tidak diinginkan, tapi saya mengerti bahwa ini terkadang merupakan sebuah fakta kehidupan.”
Saat ini bekerja sebagai tenaga lepas di sebuah gudang dan mencari pekerjaan jangka panjang, Ash Thorpe memiliki pandangan positif.
"Anda benar-benar tidak boleh membawanya ke ranah pribadi dan jika Anda melakukannya, anda bodoh – itu semata-mata urusan bisnis."
Tapi dia merasa kecenderungan untuk ingin mencari pekerjaan yang "sempurna" telah membuat keadaan menjadi sulit. "Sebagai angkatan kerja milenial, kita benar-benar ingin bekerja untuk seseorang yang memiliki hasil positif atau benar-benar sesuai dengan nilai-nilai kita dan kita sangat, sangat pemilih."
Sebagai kepala Pusat Komunitas dan Pendidikan Wyndham (WCEC), adalah pekerjaan John Sheen untuk membantu orang menemukan pekerjaan. Dia mengatakan orang-orang yang mendapati diri mereka menjadi pengangguran di pertengahan karir mungkin harus kembali berlatih atau melakukan pekerjaan sukarela untuk mendapatkan pekerjaan ideal mereka.
"Saya dapat menerima hal itu bisa jadi sulit dilakukan, terutama jika Anda memiliki komitmen, hipotek dan keluarga," kata Jhon Sheen.
Dia mengatakan hal yang paling penting untuk diingat jika Anda kehilangan pekerjaan adalah menggunakan semua jaringan Anda dan tidak malah "menutup diri" dari jaringan tersebut. "Kami mendapati ada banyak orang yang merasa bahwa mereka dapat melakukannya sendiri, mereka ketakutan atau mereka tidak menginginkan bantuan.
"Pahamilah bahwa Anda harus mencari dukungan. Anda seharusnya tidak melakukannya sendiri, lihatlah organisasi apa yang ada di luar sana yang dapat membantu Anda."
Menurutnya kondisinya akan lebih sulit lagi jika, seperti halnya Ash Thorpe, anda menjadi pengangguran tidak kentara daripada menganggur sama sekali, karena Anda tidak memenuhi syarat untuk program pemerintah. "Anda harus lebih memotivasi diri jika Anda setengah menganggur, karena tidak banyak dukungan."
Cari pekerjaan apa saja
Salah satu klien John Sheen di WCEC adalah Seema Seema yang berusia 42 tahun.
Seema berasal dari India, dan telah bekerja sebagai anggota staf lapangan di bandara internasional, mengelola hubungan masyarakat dan bekerja di administrasi perkantoran. "Saya telah mengelola setidaknya 20-35 staf," kata Seema.
Seema datang ke Australia pada tahun 2009 bersama pasangan dan anak pertamanya dengan tujuan menyelesaikan gelar master. "Pendidikan di luar negeri sangat berarti di India," kata Seema.
Mereka memutuskan untuk tinggal karena mereka berpikir ada peluang kerja yang lebih baik di sini. "Di India, usia adalah faktor utama. Jika anda berusia di bawah 25 tahun anda bisa mendapatkan pekerjaan, tapi di atas 25 itu sangat sulit ... tidak mungkin anda mendapat pekerjaan."
Seema tidak menyelesaikan kuliah Strata-2-nya, tapi memiliki dua anak lagi dan berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Lalu, hubungannya berantakan dan dia sudah berusaha mencari pekerjaan sejak saat itu.
Dia mulai bekerja sebagai sopir pengantar pizza, namun kehilangan pekerjaan tersebut setelah manajemen berubah. Dia kemudian menghabiskan waktu selama tiga bulan bekerja di sebuah gudang, tapi tidak sanggup harus melakukan perjalanan panjang ke tempat bekerja dan berangkat lebih awal sambil merawat anak-anaknya.
Seema memperkirakan dia sudah melamar lebih dari 200 pekerjaan. "Pekerjaan apa pun ... saya akan ambil," katanya.
John Sheen mengatakan bahwa kisah Seema adalah hal yang umum terjadi dikalangan pencari kerja migran.
"Mereka memiliki pengalaman kerja yang signifikan di negara mereka sendiri, sejumlah kualifikasi, dan kemudian datang ke Australia - apakah karena ada masalah terkait keluarga, hambatan lain seputar bahasa – mencari pekerjaan di Australia bisa sangat sulit bagi mereka."
Para pengusaha mencurigai kesenjangan dalam riwayat kerja mereka, dan skema bantuan dari pemerintah mungkin tidak akan memberikan pendapatan yang mereka perlukan untuk bepergian guna melakukan wawancara pekerjaan atau membeli pakaian yang sesuai.
John Sheen mengatakan Seema lebih tangguh daripada banyak orang lain dalam posisinya. "Dia masih mencari pekerjaan, tapi untuk beberapa orang mereka mungkin saja sudah putus asa," katanya. "Saya benar-benar yakin bahwa kita akan bisa membantu Seema mendapatkan pekerjaan di masa depan."
Berstatus sebagai penduduk tetap, Seema saat ini sedang berusaha untuk mendapatkan kewarganegaraan Australia-nya dan menyelesaikan gelar diploma online di biang manajemen proyek.
"Awalnya saya merasa sangat tertekan dan hancur," katanya. "Saya berpikir, 'Apa yang telah saya lakukan dalam hidup saya sehingga saya tidak kunjung mendapatkan pekerjaan?'
"Saya masih memiliki harapan mungkin seseorang, perusahaan mana pun, dapat melihat resume saya dan berkata, 'Baiklah, mari beri dia kesempatan'."
'Tidak ada yang menginginkan pria tua'
Ketika ABC menghadiri acara bursa kerja di Melbourne Barat, ada sekitar 1.800 pekerjaan yang diiklankan.
Seiring dengan calon pengusaha menyiapkan ‘booth’ dan bahan promosi yang rapi, jumlah pekerjaan yang ditawarkan itu terdengar banyak.
Tapi segera setelah pintu terbuka, Sunshine Convention Center dipenuhi oleh para pencari kerja, dan tiba-tiba saja rintangan tampak bertumpuk melawan mereka.
David Ford yang berusia 61 tahun tidak merasa optimis. "Tidak ada yang menginginkan pria tua," katanya.
"Saya dipecat secara tak terduga pada bulan Maret lalu. Alasannya kekurangan pekerjaan untuknya, tapi ternyata perusahaan saya itu masih tetap beroperasi, jadi memang seperti itu."
David memiliki seorang anak laki-laki penyandang difabel, dan istrinya baru saja berhenti bekerja setelah arthritis di kaki dan lututnya semakin memburuk.
Sebagai warga yang tinggal di daerah pinggiran barat, David berharap bisa menemukan pekerjaan di wilayah tempat tinggalnya, dengan alasan lalu lintas pada jam sibuk membuat terlalu sulit baginya untuk melakukan perjalanan ke wilayah di pinggiran timur.
Keluarganya harus bersusah payah bergantung pada alokasi uang saku Newstart, karena upahnya telah berkurang dari sekitar 30 dolar AS atau setara Rp 316 ribu per jam menjadi sekitar 30 dolar AS per hari. "Uang saku itu tidak cukup," katanya.
"Sebagai penerima alokasi dana Newstart, Anda harus [melamar] untuk 20 pekerjaan dalam sebulan. Pada usia 61, tidak ada pekerjaan untuk saya di luar sana.
"Tidak ada yang menginginkan anda, tidak ada jawaban, saya sudah menjalani satu wawancara, dan itu satu-satunya wawancara yang saya dapatkan sejak Maret lalu dari sekitar 20 pekerjaan yang saya ajukan dalam sebulan."
Adalah melanggar hukum untuk mendiskriminasikan pekerja karena usianya.
Diatas 50 tahun sulit mencari kerja
Namun penyelidikan Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) Australia pada tahun 2016 atas diskriminasi terhadap pekerja yang lebih tua dan orang-orang cacat menemukan terlalu banyak orang yang tidak bekerja di tempat kerja dan proses rekrutmen karena asumsi mengenai usia mereka.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa masalah tersebut merupakan pemborosan besar terhadap sumber daya manusia.
Data dari komisi tersebut menemukan lebih dari seperempat orang yang disurvei dari total responden sebanyak 50 orang lebih mengaku telah mengalami diskriminasi usia, dan sepertiga dari mereka kemudian berhenti mencari pekerjaan.
"Dari perspektif pengusaha, memang mahal untuk merekrut dan memilih orang, jadi begitu anda mendapatkan seseorang dalam pekerjaan itu anda ingin mengetahui kalau mereka akan berada di sana selama tiga sampai lima tahun," kata Sheen.
"Jika mereka memiliki riwayat kerja teladan, mereka telah bersama satu perusahaan selama 20-an tahun ... pengalaman dan usia mereka sebenarnya bisa memberi nilai tambah bagi perusahaan itu."
David memiliki sejarah kerja yang mendalam dalam hal manajemen dan transportasi dan saat dia bersiap untuk memasuki lapangan kerja, ada secercah harapan. "Ada beberapa lowongan pekerjaan yang akan saya lihat," katanya.
"Saya akan pergi melihat apakah saya bisa berbicara dengan mereka.
"Jika saya mendapatkan suatu pekerjaan terakhir saya hingga saya berusia 70 tahun, yakni sembilan tahun lagi, saya akan senang sekali dan akan mengambil pekerjaan itu.”
John Sheen mengatakan jika Anda mendapati diri anda menganggur, anda harus mencari dukungan sebanyak mungkin dari agen pemerintah, organisasi masyarakat dan jaringan teman dan keluarga anda sendiri.
"Cobalah dan temukan satu orang yang anda rasa bisa menjalin hubungan dengan anda yang bisa mendukung pekerjaan anda, karena pekerjaan bisa datang dari mana saja."
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.