Polisi di dataran tinggi Papua Nugini mengatakan bahwa sekelompok massa yang marah telah membakar bangunan dan kendaraan milik Perdana Menteri untuk mengekspresikan kemarahan mereka akan hasil Pemilu baru-baru ini.
Massa di ibukota Mendi, Dataran Tinggi Selatan (Southern Highlands), menyerbu kantor bisnis milik Perdana Menteri Papua Nugini, Peter O'Neill. Massa juga merusak kantor maskapai nasional, kantor National Broadcasting Corporation serta kantor Departemen Pekerjaan Umum.
Kepala Kepolisian Kota Mendi, Inspektur Edward Aupong, mengatakan bahwa massa tersebut tampaknya menarget sebuah perusahaan konstruksi dan maskapai yang dimiliki oleh sang Perdana Menteri. "(Perusahaan konstruksi) Wildcat sejujurnya dirusak dan kantor maskapai Southwest Airlines juga dihancurkan," ujarnya. "Kantor Wildcat benar-benar hancur lebur."
Komisi Pemilihan Umum Papua Nugini baru saja mengumumkan hasil Pemilu di Dataran Tinggi Selatan pada tanggal 28 September, dua bulan setelah diselenggarakannya Pemilu yang warnai oleh kekerasan, tuduhan campur tangan dan korupsi.
Inspektur Aupong mengatakan bahwa kekerasan tersebut merupakan reaksi terhadap deklarasi hasil Pemilu itu.
"Ketika [Gubernur saat ini, yakni William] Powi diumumkan sebagai pemenang, mungkin pendukung kandidat lainnya tak terlalu senang dengan apa yang terjadi, jadi mereka menanggapinya dengan melakukan hal-hal yang tidak perlu ini."
Inspektur Aupong mengatakan, dua petugas polisi juga tewas dalam sebuah serangan di wilayah Highlands Highwayon akhir pekan lalu. Ia menjelaskan bahwa kelompok tersebut juga mencoba melepaskan tahanan dari penjara Mendi.
"Komandan baru saja mengatakan kepada kami bahwa semalam ada upaya untuk membebaskan tahanan," sebutnya. "Mereka sekarang sedang mengatur agar narapidana itu diangkut ke wilayah Mt Hagen.”
"Saya rasa, situasi ini adalah masalah yang mungkin berada di luar kendali kami, mengingat keterbatasan sumber daya yang kami miliki."
Puluhan orang, termasuk sejumlah polisi, tewas dalam tindak kekerasan terkait dengan Pemilu Papua Nugini 2017.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.