REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia secara diam-diam meningkatkan dukungan ekonomi untuk Korea Utara. Meskipun Moskow ingin memperbaiki hubungan AS-Rusia, namun Rusia tetap menentang keras campur tangan Washington dalam urusan negara-negara lain.
Sebuah perusahaan Rusia mulai melakukan routing lalu lintas internet Korea Utara bulan ini, memberi Pyongyang koneksi kedua dengan dunia luar selain Cina. Perdagangan bilateral meningkat dua kali lipat menjadi 31,4 juta dolar AS pada kuartal pertama 2017, terutama karena ekspor produk minyak yang lebih tinggi,
Sedikitnya delapan kapal Korea Utara yang meninggalkan Rusia dengan muatan bahan bakar tahun ini telah kembali meskipun secara resmi mengumumkan tujuan lain. Dan Rusia, yang memiliki perbatasan darat dengan Korea Utara, juga menolak usaha pimpinan AS untuk memulangkan puluhan ribu pekerja Korea Utara yang pengiriman uangnya membantu mempertahankan kepemimpinan negara tersebut.
"Kremlin benar-benar yakin kepemimpinan Korea Utara harus mendapatkan jaminan dan kepercayaan tambahan bahwa Amerika Serikat tidak dalam bisnis perubahan rezim," ujar Andrey Kortunov, kepala Dewan Urusan Internasional Rusia, sebuah kelompok pemikir yang dekat dengan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Prospek perubahan rezim menjadi perhatian serius. Kremlin mengerti bahwa Presiden Donald Trump tidak dapat diprediksi. Mereka merasa lebih aman dengan Barack Obama yang tidak akan melakukan tindakan apa pun yang dapat memicu ketegangan.
Trump, yang mengolok-olok pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sebagai orang roket, mengatakan kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa bulan lalu bahwa dia akan menghancurkan negara tersebut jika diperlukan. Dia juga mengatakan Kim Jong Un dan menteri luar negerinya tidak akan lama lagi melakukan ancaman untuk mengembangkan rudal yang mampu mencapai Amerika Serikat.