Layaknya peselancar yang mengejar ombak di lepas laut, para pilot pesawat jenis glider dari penjuru Australia terbang ke kawasan Gulf of Carpentaria, kawasan utara Australia. Langit di kawasan ini membentuk gugusan awan yang dikenal dengan sebutan 'Morning Glory'.
Gugusan awan ini sering muncul di langit Australia sebelah utara selama musim semi, saat suhu dingin di samudera bertemu dengan suhu daratan yang hangat. Geoff Pratt, asal Cairns, Queensland, telah melakukan 'ziarah tahunan' ke Burketown untuk menghadiri Festival Morning Glory selama 20 tahun terakhir. Ia mengatakan upayanya selalu sepadan.
"Saat saya masih kecil, selalu ingin terbang, dan akhirnya saya benar-benar terbang seperti elang," katanya. "Fenomena 'morning glory' menjadi hal yang hebat bagi para pilot glider."
"Surfers pergi ke seluruh dunia untuk mengejar ombak, festival ini jadi hal yang sama bagi saya dan selalu berbeda setiap saat. Sangat spesial."
Para penerbang pesawat glider bertemu di bandara Burketown, kemudian lepas landas, terbang menuju awan. Saat mereka siap, mereka mematikan mesinnya.
"Sebagai glider, Anda harus menemukan udara yang naik lebih cepat dari saat kita turun. Itulah yang terjadi di depan awan," kata Pratt.
"Ada updraft [hentakan ke atas] yang sangat kuat dan itulah yang membuat kita terbang."
'Ini tidak menakutkan'
Graeme Clinton pergi ke festival ini dari Perth, dengan glidernya yang dimasukkan ke dalam trailer besar. Meskipun berpartisipasi dalam olahraga, di mana pilot mematikan mesin mereka ribuan kaki di atas daratan, Clinton mengatakan ia tidak pernah merasa takut.
"Tidak, ini tidak menakutkan, sangat menyenangkan duduk di atas sana," kata Clinton."Awan-awan tersebut belum pernah menjatuhkan siapa pun."
Clinton menjelaskan sebuah penerbangan yang sukses bergantung pada saat menemukan 'lift', keadaan saat kantong udara mendorong pesawat ke atas. "Sebuah glider menggunakan arus udara di atas sayap untuk menghasilkan 'lift'," katanya.
"Glider secara teknis selalu turun melalui udara, sehingga udara akan mengalir di atas sayap, tapi saat fenomena 'morning glory' terjadi, udara terus naik. Jadi, kombinasi glider yang sedikit turun dengan kenaikan udara yang cepat mengangkat gloder dan tidak menimbulkan masalah."
Clinton mengatakan kebanyakan pilot berpengalaman hanya mendapat sedikit kesempatan untuk mengejar fenomena 'morning glory', tapi kawasan Burketown menurutnya memiliki "musim yang cukup banyak". "Seringnya ada empat kali fenomena 'morning glory'. Kita baru ada disini seminggu dan sudah mengalami enam kali sejauh ini."
Ada makna budaya
Ketua suku tradisional Gangalidda, Murrandoo Yanner mengatakan warganya percaya bahwa 'morning glory' diciptakan oleh tokoh dalam dongeng Aborigin, Rainbow Serpent, berbentuk ular warna warni. 'Morning glory' memiliki makna budaya yang besar.
"Pada prinsipnya, kita percaya roh semua leluhur kita yang telah meninggal mengawasi kita dan melakukan perjalanan di atas awan, untuk memantau daratan di bawahnya dan melintasi seluruh kawasan mereka," kata Yanner.
"Kedua, ini sumber energi." "Orang-orang yang terlibat dalam hukum adat Aborigin dan upacara budaya bisa memanfaatkan energi itu."
Yanner mengatakan awan tersebut juga mengindikasikan adanya perubahan pada musim. "Kami tahu ini musim penyu, akan ada embun, jadi ini berarti perubahan untuk praktik upcara oembakaran kita, bisa mulai melakukannya," katanya.
Formasi awan juga dirayakan sebagai bagian dari Festival Morning Glory di Burketown, yang diadakan akhir pekan lalu.
Tonton videonya melalui situs YouTube berikut.
Artikel ini tersedia juga dalam bahasa Inggris, bisa dibaca disini.