REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Pihak berwenang Bangladesh telah menghancurkan sekitar 20 kapal pengangkut Muslim Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar. Bangladesh menuduh penyelundup memanfaatkan eksodus besar untuk membawa methamphetamine (jenis narkoba) ke negara tersebut.
Pengungsi mengatakan, penjaga perbatasan juga memukul dan menahan penumpang dan awak kapal saat mereka mendarat di Shah Porir Dwip, di ujung selatan Bangladesh pada Selasa malam. Kemudian kapal-kapal tersebut hancur berkeping-keping oleh penduduk setempat.
Komandan lokal Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB), Letnan Kolonel Ariful Islam, membantah ada pemukulan, dan mengatakan bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan keras terhadap perdagangan manusia dan penyelundupan methamphetamine, sebuah obat yang dikenal secara lokal sebagai Ya Ba. "Perahu mencoba membawa penumpang yang tidak seharusnya," katanya kepada Reuters, Kamis (5/10).
Dia menuduh penyelenggara perjalanan kapal mengeksploitasi orang-orang Rohingya yang miskin dengan membebankan biaya untuk perjalanan singkat ke Bangladesh.
Beberapa penumpang mengatakan kepada Reuters bahwa mereka telah membayar 123 dolar AS untuk perjalanan tersebut, walaupun yang lain mengatakan mereka melakukan perjalanan secara gratis.
Sementara itu, empat penumpang mengatakan, mereka tidak melihat obat-obatan terlarang. Menurut letnan Kolonel Islam mengatakan, penjaga perbatasan telah menemukan sejumlah besar obat-obatan terlarang di perairan pada Selasa malam. "Mungkin si pembawa kapal telah menjatuhkannya sebelum turun," katanya.
Di sebuah pusat pengolahan yang padat di dekat Teknaf, Ibrahim Holil, dari desa Maungdaw Moknibara di Negara Bagian Rakhine, Myanmar mengungkapkan bagaimana dia dipukul dengan tongkat oleh penjaga perbatasan saat dia membantu kerabatnya turun dari kapal mereka. "Tidak ada apa-apa di kapal ini. Hanya barang-barang kami, " katanya.
Farous Ahmad, 65, mengatakan kedua putranya - Sura Ahammed dan Dildar Ahammed - ditangkap segera setelah mereka mendarat. Dia mengaku telah bekerja sebagai kru dalam perjalanan karena mereka tidak punya uang untuk membayar ongkosnya.
Letnan Kolonel Islam menolak tuduhan adanya tindakan pemukulan terhadap Rohingya. Seorang nelayan setempat, Robi Alam, mengatakan BGB telah memberi uang kepada masyarakat setempat untuk menghancurkan kapal-kapal tersebut.