Kamis 05 Oct 2017 23:45 WIB

Raja Salman Ingin Perkuat Hubungan Bilateral dengan Rusia

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Bilal Ramadhan
Raja Salman
Foto: EPA/LINTAO ZHANG/POOL
Raja Salman

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz telah menggelar pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, Kamis (5/10). Dalam kesempatan tersebut, Raja Salman menyatakan keinginanannya untuk memperkuat hubungan bilateral antara Arab Saudi dan Rusia.

Dalam pertemuan dengan Putin, Raja Salman mengungkapkan rasa terima kasihnya atas sambutan dan jamuan yang diberikan Rusia terkait kedatangannya ke negara tersebut. "Kami berterima kasih kepada Anda Tuan Presiden (Putin) atas keramahtamahan yang kami nikmati. Kami senang berada di negara yang bersahabat dan ramah," ucapnya, seperti dilaporkan kantor berita Rusia Tass.

Raja Salman pun mengatakan bahwa negaranya ingin memperkuat hubungan bilateral dengan Rusia. "Kami mencari hubungan bilateral yang lebih kuat untuk kepentingan perdamaian dan keamanan serta pembangunan ekonomi dunia," ujarnya.

Keinginan Raja Salman untuk memperkuat hubungan bilateral disambut hangat oleh Rusia. Juru bicara kepresidenen Rusia Dmitry Peskov, pada Kamis (5/10), mengatakan bahwa Kremlin melihat potensi yang luar biasa untuk memperdalam kerja sama Rusia dengan Arab Saudi dalam berbagai isu.

"Hubungan Rusia dan Saudi penting dan potensinya cukup besar. Keinginan politik Moskow dan Riyadh untuk memperdalam kerja sama dalam berbagai isu terbukti," kata Peskov menerangkan.

Menurut Rusia, bidang kerja sama yang berpotensi dijalin oleh kedua negara adalah pengembangan dan pemanfaatan energi nuklir. Arab Saudi diketahui ingin menjadi negara Timur Tengah kedua setelah Iran yang hendak memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir. Dan perusahaan nuklir Rusia, Rosatom, siap merealisasikan keinginan Saudi.

Terkait hal ini, Kepala Rosatom Alexei Likhachev mengungkapkan bahwa perusahaannya telah mengirim proposal kepada Pemerintah Arab Saudi. "Tentu saja kami sudah mengirimnya. Arab Saudi telah berhasil menciptakan industri tenaga nuklirnya sendiri. Langkah pertama telah diambil, sebuah permintaan dikirim guna mengikuti parade vendor yang disiapkan untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir utama," tutur Likhacev.

Pada musim panas tahun 2015, Rusia dan Arab Saudi memang telah menyimpulkan sebuah kesepakatan antar pemerintah terkait kerja sama dalam bidang tenaga nuklir sipil. Pemerintah Arab Saudi menyetujui perjanjian itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement