REPUBLIKA.CO.ID, LAS VEGAS -- Polisi mengatakan, Stephen Paddock, pelaku penembakan massal di Las Vegas, memiliki kehidupan pribadi yang cukup rahasia. Hal tersebut telah menyulitkan polisi untuk menemukan motif penembakan yang dilakukannya.
Ratusan polisi menghabiskan waktu untuk mencari tahu mengenai pria yang gemar berjudi itu. Yang mereka tahu, Paddock selama beberapa dekade ini telah melakukan manipulasi senjata, sebelum melakukan pembantaian di Las Vegas.
Mereka mengaku telah mengevaluasi semua temuan penyelidikan. Namun mereka tetap merasa kesulitan mencari petunjuk dari seorang pria yang diketahui tidak memiliki catatan kriminal itu.
Orang-orang yang paling dekat dengannya telah gagal memberi tahu polisi terkait pola pikirnya. Kekasih Paddock, Marilou Danley bahkan menyebutnya baik hati, perhatian, dan cukup pendiam.
Saudaranya, Eric Paddock, juga tampaknya tidak banyak membantu penyelidikan. Eric mengatakan kepada wartawan dari rumahnya di Florida, Paddock adalah seseorang yang cukup tertutup, sehingga keluarga tidak mengetahui apapun tentangnya.
Di balik kehidupan sehari-harinya yang cukup normal, Paddock ternyata telah memiliki banyak senjata bertenaga tinggi, termasuk senapan serbu dan bahan peledak. Dia menembak ratusan kali dari kamar sewaannya di lantai 32 hotel Mandalay Bay ke arah kerumunan 22 ribu orang penonton konser.
"Yang kami tahu, Stephen Paddock adalah orang yang telah menghabiskan puluhan tahun untuk memperoleh senjata dan amunisi dan menjalani kehidupan rahasia, yang sebagian besar tidak akan pernah sepenuhnya dipahami," ujar Sherif Clark County, Joseph Lombardo.
Lombardo mengatakan dia yakin Paddock tidak bekerja sendiri, mengingat ia memiliki gudang untuk menimbun senjata. Polisi yang menyerbu kamar hotelnya menemukan 23 senjata, termasuk AR-15 dan AK 47, dan ratusan peluru kelas militer.
Di rumahnya di Nevada, polisi menemukan 19 senjata lagi, bersama dengan bahan peledak Tannerite dan beberapa ribu peluru amunisi. Namun, terlepas dari bukti kuat yang dia tinggalkan, orang-orang yang paling dekat dengannya tidak tahu apa-apa tentang serangan yang direncanakannya.
"Sama sekali tidak masuk akal, tidak ada alasan dia melakukan ini," ungkap Eric seperti dikutip The Independent.