REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- PBB bekerja sama dengan Pemerintah Bangladesh menggelar vaksinasi kolera untuk 650 ribu pengungsi Rohingya, Selasa (10/10). Minimnya air bersih dan fasilitas sanitasi menjadi alasan dilakukannya vaksinasi ini.
Juru bicara UNICEF AM Sakil Faizullah mengatakan sejak kekerasan di Rakhine, Myanmar, terjadi pada 25 Agustus lalu, lebih dari setengah juta etnis Rohingya telah mengungsi ke Bangladesh. Tingginya jumlah pengungsi menyebabkan mereka terpaksa hidup di kemah-kemah dan tenda darurat di zona perbatasan Bangladesh.
"Orang-orang ini kekurangan sebagian besar layanan dasar seperti air bersih, sanitasi, dan sebagainya. Bila kita menghadapi situasi ini, kemungkinan besar terjadi wabah kolera," ungkap Faizullah, seperti dilaporkan laman Al Araby.
Atas dasar itu, PBB bekerja sama dengan Bangladesh berinisiatif untuk melakukan vaksinasi kolera massal terhadap para pengungsi Rohingya. "Vaksinasi darurat dapat menyelamatkan nyawa. Risiko kolera jelas dan ada, oleh sebab itu tindakan tegas kebutuhan untuk tindakan tegas muncul," kata Dokter N Paranietharan, perwakilan WHO untuk Bangladesh.
Setelah memvaksinasi 650 ribu pengungsi Rohingya, PBB akan menggelar vaksinasi kolera gelombang kedua. Targetnya adalah sekitar 250 ribu anak-anak yang berusia antara satu hingga lima tahun.
Vaksinasi kolera untuk para pengungsi Rohingya dianggap sebagai vaksinasi terbesar kedua yang pernah ada. "Ini adalah kampanye vaksinasi oral terbesar kedua di dunia setelah Haiti pada 2016," ujar Edouard Beigbeder, perwakilan UNICEF di Bangladesh.
Pada 2016, terdapat 800 ribu orang di Haiti yang divaksinasi kolera secara massal. Sama seperti Rohingya, mereka divaksinasi guna mengantisipasi merebaknya wabah kolera.