Rabu 11 Oct 2017 04:05 WIB

Biksu dan Mufti Islam Myanmar Saling Berjabat Tangan

Rep: Christiyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Anak-anak Muslim terlihat di sebuah kamp pengungsi di luar Sittwe, Myanmar.     (Reuters/Soe Zeya Tun)
Anak-anak Muslim terlihat di sebuah kamp pengungsi di luar Sittwe, Myanmar. (Reuters/Soe Zeya Tun)

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Myanmar mulai bergerak untuk meredam gejolak yang terjadi antara kelompok Muslim Rohingya dengan kelompok Budha. Pada Selasa (10/10), partai yang menaungi Aung San Suu Kyi mengumpulkan tokoh lintas agama di sebuah stadion di Yangon.

Dikutip dari laman Reuters, pemimpin agama Budha, Islam, Hindu, Kristiani, dan lainnya berkumpul di satu tempat. Ribuan orang ikut ambil bagian dalam momen akbar ini. Mereka mendengarkan pidato yang disampaikan oleh masing-masing pemuka agama. Isi dari pidato kurang lebih sama yakni mengajak pada terwujudnya perdamaian antaretnis di Myanmar.

"Jangan ada lagi yang saling membunuh, menyiksa, dan menghancurkan," kata biksu Yangon, Iddhibala, di hadapan ribuan massa yang hadir di stadion. Setelah menyelesaikan orasinya, Iddhibala turun dari podium dan bersalaman dengan pemimpin Muslim Hafiz Mufti Ali.

"Seluruh warga harus berkolaborasi untuk menciptakan perdamaian dan bekerja untuk kemajuan negara," kata Ali. "Negara wajib menjamin kebebasan warga negaranya untuk hidup, memperoleh pendidikan, dan memeluk agama yang diyakini," ujarnya.

Sebelumnya, kelompok Rohingya pernah menaruh harapan besar pada partai Aung San Suu Kyi. Namun nyatanya pada pemilu 2015 seluruh kader yang beragama Muslim disingkirkan dari partai akibat tekanan dari nasionalis Budha.

Prahara yang menimpa minoritas Muslim Rohingnya di negara bagian Rakhine sejak Agustus silam memaksa 520 ribu warga mengungsi ke Bangladesh. Muslim Rohingnya masih dibayangi ketakutan lebih dari enam pekan sejak pemberontak Rohingya menyerang petugas keamanan di Rakhine. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan militer Myanmar dengan sengaja menyerang kelompok Muslim Rohingya untuk pembersihan etnis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement